Sabtu 29 May 2021 21:51 WIB

OJK: Pasar Cloud Computing Sangat Menjanjikan

Industri komputasi awan mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
OJK: Pasar Cloud Computing di Indonesia Masih Sangat Menjanjikan! (Foto: Sufri Yuliardi)
OJK: Pasar Cloud Computing di Indonesia Masih Sangat Menjanjikan! (Foto: Sufri Yuliardi)

Industri komputasi awan atau yang lebih dikenal dengan istilah cloud computing perlahan namun pasti mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia. Meski, kesiapan masyarakat domestik terhadap perkembangan industri ini dianggap masih belum terlalu bagus.

Hal itu setidaknya terlihat dari hasil studi yang dikembangkan oleh Asia Cloud Computing Association (ACCA), di mana pada tahun 2020 lalu hanya menempatkan Indonesia di posisi 12 dari keseluruhan 14 negara Asia Pasifik yang masuk dalam penelitiannya terkait kesiapan pengembangan industri cloud computing di negaranya.

Baca Juga: Pertamedika Gandeng Google Cloud Luncurkan Sistem Layanan Kesehatan Terintegrasi

“ACCA punya indeks yang diberi nama Cloud Readiness Index (CRI), dan Indonesia pada tahun 2020 masih diberikan skor sebesar 55,0. Memang ada kenaikan disbanding skor pada tahun 2018 yang masih 47,0, namun yang perlu dicatat bahwa (skor) negara-negara lain juga berkembang, bahkan lebih cepat dari kita,” ujar Direktur Pengaturan Bank Umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Eddy Manindo Harahap, dalam keynote speech yang disampaikannya sebagai pembuka diskusi virtual Implementasi Cloud System Pada Industri Perbankan di Indonesia, yang digelar, Kamis (27/5).

Dalam diskusi yang digelar oleh Warta Ekonomi Group tersebut, Eddy menjelaskan bahwa posisi pertama dalam indeks CRI tersebut ditempati oleh Hong Kong dengan skor sebesar 81,9 lalu diikuti Singapura di peringkat kedua dengan skor 81,5 dan Selandia Baru di peringkat tiga dengan skor 77,1.

Sementara Indonesia berada di peringkat 12, tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia yang berada di peringkat delapan dengan skor 68,5, Thailand di peringkat Sembilan dengan skor 60,2 dan Filipina yang tepat berada di atas Indonesia dengan skor 55,3.

“Artinya meskipun ada peningkatan dari tahun 2018, adalah tugas kita semua, mulai dari regulator, pelaku usaha, (industry) industri pendukung, ekosistem cloud computing, semua pihak, untuk dapat bersama-sama bekerjasama mengembangkan industri ini ke depan,” tutur Eddy.

Ketertinggalan Indonesia dalam industri cloud computing, menurut Eddy, setidaknya didapat dari dua poin utama yang masih menjadi kelemahan Indonesia. Pertama, kecepatan broadband di Indonesia yang masih berada di kisaran 16,7 mbps, sementara rata-rata kecepatan broadband di 14 negara Asia Pasifik yang masuk dalam penelitian ACCA mencapai 82,4 mbps.

Jadi memang secara kecepatan (broadband) kita sudah mulai jauh tertinggal. Harus dikejar. Selain itu kelemahan kita adalah dari segi regulasi yang dinilai oleh ACCA masih tidak mendukung karena ada banyak kasus regulasi kita yang masih saling tumpang tindih,” ungkap Eddy.

Meski demikian, dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang ada, bukan berarti pasar Indonesia tidak potensial bagi pengembangan industri cloud computing. Faktanya, dengan sejumlah catatan negatif tadi, beberapa pemain internasional di industri cloud computing justru tertarik masuk ke pasar Indonesia.

“Ada Alibaba Cloud, yang sudah masuk ke sini. Lalu ada Google Cloud juga. Ada Amazon dan juga Microsoft Azure. Ini dapat dimaknai bahwa pasar kita sebenarnya sangat potensial. Tinggal lalu bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi itu, agar tidak justru dimanfaatkan oleh pemain global yang datang ke sini,” tegas Eddy.

Selain dibuka oleh keynote speech dari OJK, diskusi virtual ini juga menghadirkan sejumlah narasumber lain yang berkompeten di bidang cloud computing. Turut serta memberikan pandangannya dalam diskusi ini juga Direktur Business & Sales PT Telkom Sigma, Tanto Suratno, Managing Director Digital, IT & Operation PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Indra Utoyo dan Managing Director Datacomm Cloud Business, Sutedjo Tjahjadi.

Diskusi ini dimoderatori oleh Executive Chairman Digital Banking Institute, Bari Arijono. Selain digelar melalui platform zoom, diskusi ini juga disiarkan secara langsung melalui channel youtube Warta Ekonomi Channel dan juga akun Instagram Warta Ekonomi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement