EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebut sebesar 90 persen lebih produk yang dijual pada e-commerce merupakan produk impor. Hal ini karena salah satunya UMKM di luar negeri, seperti China, lebih siap dalam memasuki ekosistem ekonomi digital yang sudah merambah pasar global.
Dirut BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan UMKM di Indonesia masih perlu banyak edukasi dan peningkatan kapasitas dalam produksi, SDM, maupun kualitas produk. "E-commerce di Indonesia ini sudah banyak, ada Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain-lain. Kalau kita lihat 90 persen lebih produk dari mana? Bukan UMKM kita, ini yang menyedihkan. Itu import goods," ujarnya saat acara digitalisasi UMKM dan sistem pembayaran 2025 seperti dikutip Kamis (3/6).
Jahja juga menyebut permasalahan lain pada UMKM di Indonesia karena kurangnya pemahaman keuangan dan belum dikelola secara profesional. Dia mencontohkan ketika BCA mengadakan UMKM Fest pada Maret 2021 yang diikuti oleh 1.800 UMKM terpilih terlihat UMKM masih perlu banyak bantuan dalam mempersiapkan produk masuk ke ekosistem digital.
"Yang melatarbelakangi kurangnya digital knowledge dan skill, kurangnya pemahaman keuangan, UMKM kita banyak berbasis keluarga. Belum banyak UMKM yang menggunakan tenaga profesional, keuangan bisnis dan pribadi campur aduk," katanya.
Dia menyebut UMKM yang bisa mengelola bisnisnya secara profesional dan melek digital lebih bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. Ke depan Jahja berharap semua pemangku kepentingan mendorong produk UMKM ke ekosistem digital agar bisa meningkatkan penjualan UMKM.
“Ketika omzet UMKM tersebut naik, usaha kian berkembang, maka yakin para pelaku UMKM akan mencari kredit pembiayaan,” ucapnya.