EKBIS.CO, JAKARTA -- Dewan Pakar Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES) menggelar forum diskusi bulanan dengan nama Muhadatsah Dewan Pakar MES. Akselerasi pemenuhan kelengkapan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah memerlukan satu pemahaman bersama dan konsolidasi yang kuat antar pemangku kebijakan.
Ketua Dewan Pakar PP MES yang juga Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan forum muhadatsah menjadi media wakaf ilmu bagi seluruh Dewan Pakar PP MES untuk menyumbangkan ilmu, gagasan, serta ide yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Ini menjadi ajang silaturrahim sekaligus penyalur gagasan yang membawa manfaat bagi umat.
"Mari kita wakafkan waktu dan ilmu kita untuk kembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, kita jadikan forum muhadatsah ini," ujar Perry dalam keterangan pers, Ahad (4/7).
Rangkaian forum muhadatsah ini dilanjut dengan sesi inti yaitu pemaparan materi oleh dua narasumber yaitu Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) yang juga Bendahara Umum PP MES, Hery Gunardi dan Chairman Indonesia Halal lifestyle Center yang juga sebagai anggota Dewan Pakar PP MES, Sapta Nirwandar.
Herry menjelaskan tentang pentingnya peran bank syariah dalam penguatan ekosistem halal food dan halal fashion yang berkelanjutan. Ia memaparkan bahwa potensi industri halal Indonesia yang dapat dibiayai oleh bank syariah bisa mencapai kisaran angka Rp 420 triliun hingga Rp 714 triliun.
"Potensi Industri halal yang mampu kita biayai di kisaran angka Rp 420 triliun hingga Rp 714 triliun, namun dalam realisasinya masih di bawah potensi minimum," kata Hery yang juga Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (ASBISINDO).
Kedepannya, perbankan syariah akan mengembangkan secara masif pola-pola kemitraan dengan berbagai pihak. Agar bank syariah dalam hal ini BSI bisa berperan lebih dalam penguatan halal value chain di Indonesia.
Sementara itu, Sapta menjelaskan tentang potensi industri halal global saat ini yang didominasi oleh halal food dan halal fashion. Di sisi makanan halal, kebutuhannya naik di masa pendemi.
"Oleh karena itu wajar jika saat ini kita perlu fokuskan ke sektor makanan halal, halal labeling menjadi kebutuhan yang sangat penting," jelas Sapta.
Indonesia selama ini masih menjadi pusat Industri halal, tapi dalam posisi sebagai konsumen. Dirinya menjelaskan negara non muslim masih menjadi penyuplai utama bahkan untuk negara-negara Organization of Islamic Cooperation (OIC) dengan peringkat pertama eksportir produk halal adalah Brazil, dengan 16,2 miliar dolar AS, diikuti India dengan nilai ekspor sebesar 14,4 miliar dolar AS.