EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini tercermin dari kontraksi ekonomi Indonesia pada tahun 2020 masih berada level moderat.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan kontraksi ekonomi yang terjadi di Indonesia hanya minus 2,07 persen sedangkan negara-negara Asia Tenggara lainnya mencapai minus empat persen. "Kontraksi ekonomi 2020 sebesar minus 2,07 persen, ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang punya kemampuan terhadap dampak pandemi dan menempatkan pada level moderat," ujarnya, saat konferensi pers virtual seperti dikutip Sabtu (17/7).
Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan buah dari respons yang diambil pemerintah untuk mengambil langkah-langkah luar biasa atau extraordinary dalam situasi kegentingan yang memaksa. Sri Mulyani mencontohkan kebutuhan pendanaan yang cepat, pemerintah melakukan burden sharing dengan Bank Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menerbitkan SBN khusus untuk mendanai klaster kesehatan, sosial dan mendukung pemerintah pusat, daerah, UMKM hingga korporasi termasuk secara khusus melakukan pencadangan dana untuk pengadaan pembelian vaksin bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Semua langkah tersebut tidak terlepas dari sinergi kuat antara fiskal dan sektoral yang turut didukung oleh DPR sebagai lembaga legislatif. Sinergi yang kuat antara fiskal dan sektoral dan dukungan luar biasa dari DPR telah dalam optimalkan risiko global ke perekonomian nasional," ungkapnya.
Tak hanya itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan stabilitas ekonomi makro bisa tetap terjaga. Hal ini terlihat dari kinerja ekonomi pada 2020 menjadi Rp 15.434,2 triliun. Meskipun angka ini lebih rendah dari capaian 2019 sebesar Rp 15.833,9 triliun.
Pandemi juga membuat pemerintah terpaksa menekan pergerakan masyarakat demi mengendalikan penyebaran virus corona. Akibatnya tingkat inflasi selama 2020 bergerak rendah angka 1,68 persen (yoy) atau rendah dari 2019 yang berada posisi 2,72 persen. "Tingkat inflasi 2020 bergerak rendah sebesar 1,68 persen secara (yoy) lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2,72 persen pada 2019," kata dia.