EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sekaligus sebagai Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, membukukan produksi migas kuartal II 2021 di atas target yang ditetapkan. PHI mencapai tingkat produksi rata-rata minyak sebesar 47,8 ribu barel per hari (mbopd) dan gas sebesar 658,3 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) .
Direktur Utama PHI Chalid Said Salim menjelaskan, PHI terus melakukan langkah-langkah strategis dan operasional melalui investasi dalam kegiatan pemboran eksplorasi dan pengembangan, kegiatan pemeliharaan sumur, inovasi dan penerapan teknologi, sinergi antara anak-anak perusahaan Pertamina, serta inisiatif penghematan biaya di seluruh elemen kegiatan operasi Perusahaan.
“Sebagai pengelola wilayah kerja eks-terminasi yang telah dioperasikan lebih dari 50 tahun, PHI terus melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan cadangan dan produksi dari lapangan-lapangan migas yang sudah mature serta memelihara keekonomian aset. Kami berhasil menurunkan tingkat penurunan produksi alamiah (natural production declining rate) sumur-sumur migas yang saat ini sudah mencapai lebih dari 50 persen menjadi sekitar belasan persen saja,” jelas Chalid, Rabu (4/8).
Chalid melanjutkan, kontribusi produksi migas Regional Kalimantan yang terbesar berasal dari wilayah kerja Mahakam yang dioperasikan oleh salah satu anak perusahaan PHI, yaitu PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
PHM berhasil mencapai kinerja produksi minyak 109,8 persen dan gas 110,5 persen dari target produksi migas yang sudah ditetapkan dengan rata-rata hingga Juni 2021 sebesar 26,8 mbopd untuk minyak dan sebesar 554,4 mmscfd untuk gas.
Menurut Chalid, sejak alih kelola di 1 Januari 2018 hingga 2020 lalu, PHM yang juga merupakan bagian dari Zona 8 Regional Kalimantan telah berhasil melaksanakan pemboran 268 sumur pengembangan untuk mempertahankan tingkat produksi, menambah cadangan migas, dan menahan laju penurunan produksi di WK Mahakam. Tahun 2021 ini dan tahun depan direncanakan akan dilakukan pemboran dua sumur eksplorasi dan lebih dari 150 sumur pengembangan di WK Mahakam.
“Selain jumlah pemboran yang masif, kami pun menerapkan inovasi dalam pemboran dengan metode rigless di WK Mahakam, yaitu pemboran menggunakan hydraulic workover unit (HWU) untuk mengurangi penggunaan rig sebagai yang pertama di Indonesia. Saat ini HWU telah digunakan untuk pemboran lebih dari lima sumur delta di Wilayah Kerja (WK) dan terbukti mampu menghemat hingga rata-rata 37 persen biaya pemboran yang menggunakan rig konvensional,” ujar Chalid.
Chalid melanjutkan, beberapa inovasi untuk mendorong produksi dan cadangan juga sukses diterapkan. Melalui kegiatan interpretasi seismik yang sistematis, efektif, dan efisien, pengelolaan sumur-sumur bertekanan rendah, serta reaktivasi dan optimalisasi sumur-sumur abandoned dapat dilakukan.
"Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Pertamina sanggup untuk mengelola wilayah kerja eks terminasi dengan sejarah sebagai major producer di Indonesia," imbuh Chalid.
Dalam hal investasi kapital, Chalid pun menjelaskan bahwa pada tahun 2020, PHI berhasil merealisasikan investasi sebesar 719 juta dolar AS. Sementara tahun 2021 ini, rencana investasi kapital PHI melebihi tahun lalu, yaitu sebesar 869 juta dolar AS atau lebih dari Rp 14 triliun.
"Kami di Pertamina berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam proyek-proyek pengembangan aset-aset migas yang ada saat ini sehingga dapat terus menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh negara dan memberikan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan masyarakat Indonesia," terang Chalid.