EKBIS.CO, JAKARTA -- Statistik asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juni 2021 memperlihatkan total aset industri asuransi tercatat mencapai Rp 768,49 triliun atau tumbuh 11 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya yang sebesar Rp 692,36 triliun. Capaian itu menjadi jumlah terbesar pada semester I 2021 setelah sempat menurun pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Selain tumbuh secara tahunan, perolehan aset pada semester I 2021 berhasil melampaui catatan aset industri asuransi sebelum pandemi Covid-19. Pada Desember 2019, total aset industri tercatat sebesar Rp 735,8 triliun, lalu terjadi penurunan menjadi Rp 691,7 triliun pada Maret 2020 dan berlanjut hingga kuartal II 2020 sebagai dampak pandemi Covid-19.
Nilai aset pada akhir Desember 2019 merupakan catatan tertinggi industri asuransi, tapi harus terkoreksi akibat pandemi. Secara akumulasi, aset industri asuransi pada Desember 2020 senilai Rp 737,9 triliun berhasil melewati catatan 2019. Namun, jika dilihat per sektornya, perolehan aset tertinggi terjadi pada 2021 yakni berhasil melewati catatan tertinggi pada sebelum pandemi Covid-19.
"Pertumbuhan aset pada penghujung semester I 2021 dipengaruhi oleh perolehan premi yang juga tumbuh baik. Motor penggerak industri secara keseluruhan adalah asuransi jiwa, yang preminya tumbuh hingga dobel digit," ujar Deputi Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Kristianto Andi Handoko, baru-baru ini.
Menurutnya, premi menopang pertumbuhan aset industri asuransi. Hingga Juni 2021, kenaikan preminya mencapai 18,35 persen untuk asuransi jiwa, masih menjadi primadona dari konsumen atau para pemegang polis di Indonesia.
Sementara, pertumbuhan premi asuransi umum masih relatif tipis. Hal tersebut dipengaruhi oleh kontrak penutupan asuransi kerugian yang rata-rata satu tahun, sehingga pendapatan premi cenderung naik signifikan pada penghujung tahun.
Sejalan dengan data OJK, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) juga mencatat adanya peningkatan aset sebesar 16 persen dari periode semester I tahun sebelumnya. Peningkatan berasal dari kenaikan investasi dan aset reasuransi.
Jika dibandingkan proyeksi pada semester II di Jasindo maka aset BUMN ini sudah tumbuh lebih besar 26 persen dari proyeksi. "Sesuai proyekti, pertumbuhan didominasi investasi dan aset reasuransi," kata Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo, Diwe Novara.
Diwe menyebut, faktor pendorong bisnis asuransi umum adalah asuransi mampu membuat produk yang inovatif atau mem-bundling dengan asuransi yang lain. Selain itu bisnis mikro asuransi juga masih banyak yang belum tergarap, dan proyek-proyek infrastruktur pemerintah ikut menjadi pendorong.
Menurut Diwe strategi yang akan di lakukan perusahaan untuk memaksimalkan kekuatan aset yaitu dengan pengelolaan investasi yang efektif. Dengan begitu perusahaan akan memperoleh hasil yang maksimal dan menetapkan reasuransi yang tepat dan pada reasuradur yang kompeten.