Jumat 13 Aug 2021 08:45 WIB

Uji Jejak Covid-19 Jadi Syarat Ekspor Produk Perikanan

Makanan beku untuk perikanan dinilai semakin menggiurkan. 

Red: Gilang Akbar Prambadi
Ilustrasi hasil laut, ikan, siap diekspor.
Foto: Antara/Jojon
Ilustrasi hasil laut, ikan, siap diekspor.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Terdapat peningkatan volume ekspor produk perikanan (7.17%) pada Semester 1 Tahun 2021 dibandingkan Semester 1 Tahun 2020. Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor hasil perikanan dengan volume tertinggi pada Semester 1 tahun 2020. Demikian penjelasan yang diberikan oleh Kepala Pusat Pengendalian Mutu Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu (BKIPM), dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Widodo Sumiyanto  Itu dipaparkannya pada webinar nasional Strategi Ekspor Produk Perikanan Menembus Pasar China Tanpa Hambatan (12/8). 

Peluang pasar ekspor ke Tiongkok memang menggiurkan, namun selama pandemi Covid-19 melanda Tiongkok memberlakukan regulasi baru untuk produk yang di impor. Salah satu standar produk yang diekspor ke Tiongkok harus bebas dari kontaminasi jejak Covid-19. Selama tahun 2020, terdapat enam kasus positif produk perikanan dari Indonesia yang diekspor ke Tiongkok. Jumlah tersebut ternyata meningkat pada tahun 2021 menjadi 37 kasus hingga 9 Agustus 2021. 

Menurut dia, dari 37 kasus tersebut, terdeteksi kontaminasi jejak Covid-19 pada 14 (37.8 %) produk bahan baku segar dan 23 (62.2 %) bahan baku beku. Adapun untuk kategori produk akhir segar 1 (2,7 %), dan produk akhir beku 36 (97,3 %).

"Pemerintah Indonesia, kata dia, khususya BKIPM telah melakukan upaya untuk mengurangi kasus kontaminasi jejak Covid-19 pada produk dan kemasan perikanan dengan bekerja sama dengan General Administration of Customs China (GACC) melakukan audit dan inspeksi kepada UPI yang produknya terdeteksi kontaminasi jejak Covid-19," ujar Widodo.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Pengolahan & Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Budhi Wibowo menekankan pentingnya menjaga pasar ekspor Tiongkok bagi para nelayan ataupun produsen produk-produk perikanan Indonesia. Sebab, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor produk perikanan terbesar secara volume (423.000 ton) bagi Indonesia per tahun 2020, dengan laju pertumbuhan 12,37% terhitung 2015—2020. 

Selain itu, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor dengan nilai terbesar kedua bagi Indonesia per tahun 2020 (817 juta Dollar Amerika). Tentunya para pengusaha ekspor produk perikanan Indonesia akan kewalahan untuk mencari pasar lain lantaran serapan pasar Tiongkok massif. Terlebih lagi, masih ada pangsa pasar yang besar untuk produk olahan perikanan. 

Produk olahan dengan nilai tambah seperti ready-to-eat atau retail pack akan bertumbuh permintaannya yang berpotensi diekspor ke Tiongkok, khususnya untuk komoditas-komoditas yang sangat berlimpah dan murah di Indonesia.

"Potensi dari tren frozen food atau makanan beku untuk perikanan justru semakin menggiurkan bagi para eksportir di Indonesia seperti yang digambarkan oleh CEO China Academy Inspection Quarantine (CAIQTEST) Malaysia, Dr. Ch’ng Soo Ee," kata Budhi.

Ia mengatakan, selama tahun 2015—2020 pertumbuhan industri rata-rata untuk makanan beku di Tiongkok 9,6%. Namun, pada 25 November 2020 Pemerintah Tiongkok melakukan keterlacakan produk serta melakukan inspeksi terhadap produk-produk pangan beku, khususnya produk impor dan termasuk produk perikanan. Pelacakan dan inspeksi tersebut dilakukan untuk menjamin produk yang masuk ke Tiongkok telah bebas kontaminasi jejak Covid-19. 

Imbasnya, hingga 25 Februari 2021 bea cukai Tiongkok telah menguji 1,49 juta sampel produk-produk pangan beku impor dan 79 sampel dengan hasil positif. Pihak berwenang Tiongkok telah menangguhkan 129 pemasok dari 21 negara impor ke Tiongkok di mana karyawan telah terinfeksi virus, 110 perusahaan secara sukarela menghentikan ekspor ke Tiongkok karena tidak mampu memenuhi standar produk yang baru. 

"Oleh karena itu, supaya ekspor produk pengusaha eksportir produk perikanan Indonesia lancar, produk perlu diuji Covid-19 sebelum diekspor. Laboratorium yang menjadi strategic partner CAIQTEST di Indonesia adalah laboratorium uji MUTU. Prosedur yang dilakukan yaitu sampling dan swab Real Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) untuk mendeteksi Sars-Cov-2," ujar dia.

Menurut dia, hasil uji dari laboratorium MUTU langsung terintegrasi ke sistem CAIQTEST serta produk akan mendapatkan label yang mengandung kode sumber (source code) yang diterbitkan oleh CAIQTEST. Produk yang sudah dinyatakan bebas kontaminasi jejak Covid-19 dan mendapatkan kode sumber berbentuk QR code dari CAIQTEST, dapat dilacak keberadaannya setiap label di scan sebagai upaya keterlacakan produk yang dilakukan pemerintah Tiongkok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement