EKBIS.CO, AKARTA— Pemerintah menyebut seluruh negara sedang bekerja keras menyehatkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Hal ini mengingat APBN merupakan instrumen utama keuangan negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah berupaya mengevaluasi penggunaannya baik dari sisi belanja dan pendapatan.
“Semua negara di dunia menghadapi pandemi dan mereka juga telah melakukan kebijakan extraordinary menggunakan APBN-nya, salah satunya kuncinya konsolidasi dan penyehatan APBN melalui peningkatan pendapatan negara bidang pajak,” ujarnya saat webinar DJP TI Summit 2021, Rabu (18/8).
Menurutnya, APBN Indonesia harus kembali sehat dalam jangka menengah panjang usai dua tahun terakhir bekerja luar biasa menghadapi Covid-19. Maka itu pemerintah berkomitmen melakukan koordinasi antarotoritas pajak seluruh dunia dalam membuat kebijakan yang tepat.
“Kita semua tahu, shock ekonomi yang berasal dari pandemi menjadi salah satu trigger yang penting,” ungkapnya.
Sri Mulyani juga menyebut, penerimaan pajak melalui campur tangan digitalisasi menjadi salah satu tumpuan untuk menyelamatkan APBN pada masa mendatang.
"Jangan hanya selebrasi, tapi substansi bisa kita tangkap dan maju ke depan. Kegiatan ini saya harap jadi ajang kreativitas, inovasi, dan berbagai macam peluang tantangan baik grand model sistem jaringan perpajakan nasional,” ungkapnya.
Karena itu, dia berpendapat dua hal pentingnya reformasi perpajakan yang tidak boleh ditinggalkan yakni reformasi bidang kebijakan perpajakan dan reformasi bidang administrasi perpajakan, terutama di dalam menghadapi pandemi dan munculnya revolusi teknologi.
Selain meningkatkan pendapatan negara, pemerintah juga akan melakukan berbagai reformasi bidang keuangan negara, seperti salah satunya mengevaluasi belanja atau dengan melakukan spending better, serta melakukan pembiayaan negara yang makin inovatif agar APBN bisa sehat kembali.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo menambahkan pandemi Covid-19 telah membawa Indonesia ke masa depan dengan lebih cepat. "Pembatasan mobilitas membuat kita menjadi lebih adaptif dalam menghadapi dinamika zaman," ucapnya.