EKBIS.CO, JAKARTA--BUMN Klaster Pangan terus memperkuat komitmennya dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui pengembangan portofolio produk pangan yang terjangkau dan berkualitas untuk masyarakat. Salah satu pengembangan produk terbaru adalah produk beras Rania yang merupakan hasil kerja sama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI dengan PT Pertani (Persero).
Peluncuran produk beras premium kemasan 5 kg tersebut dilakukan di Gedung RNI, Jakarta, Kamis (19/8). Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan produk beras Rania merupakan produk beras premium yang bermutu tinggi namun terjangkau bagi masyarakat. RNI, ucap Arief, menyiapkan produk ini untuk memenuhi ketersediaan pangan beras guna mendukung program ketahanan pangan dan peningkatan akses pasar untuk produk dalam negeri.
Untuk memastikan tingkat keterjangkauan, Arief memastikan penjualan beras premium Rania tidak akan melebihin harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan dalam peraturan Menteri Perdagangan nomor 57 tahun 2017 tentang Penerapan Harga Eceran Tertinggi Beras, yaitu di kisaran harga Rp 12.800 per kg sampai Rp 13.600 per kg.
Selain itu, ia juga telah menyiapkan sejumlah strategi terkait rencana distribusi dan pemasaran. "Dalam pendistribusiannya kami mengandalkan PT Rajawali Nusindo sebagai anak perusahaan RNI Group yang memiliki kantor cabang dan gudang di seluruh provinsi dan sejumlah kota besar di tanah air," ujar Arief.
Pada tahap awal, Arief menargetkan, pada Agustus ini Rania sudah tersedia di 17 Cabang Rajawali Nusindo di seluruh Jawa serta di market General Trade dan e-commerce. "Kami juga akan berkolaborasi dengan modern market dalam pendistribusian di outlet seluruh Indonesia dan mendatangkan traffic customer dari kalangan karyawan BUMN holding pangan se-Indonesia," Arief.
Arief menargetkan kuantitas produksi tercapai sebesar 150 ton dan terjadi peningkatan distribusi di 26 Cabang Nusindo pada periode Agustus sampai September 2021 . Sedangkan periode November hingga Desember 2021, beras Rania ditargetkan telah tersebar di 43 Cabang Rajawali Nusindo dengan target kuantitas pada tahun 2021 sebesar 750 ton.
Arief menegaskan, plan activity product beras premium untuk masyarakat ini akan terus diperkuat pada 2022 melalui improvisasi dan evaluasi secara berkala. Strategi penjualan melalui kolaborasi dengan produk BUMN Klaster Pangan lainnya juga akan terus didorong, seperti dengan PT Berdikari (Persero) melalui produk daging, dengan PT Garam (Persero) dengan produk garam, dan dengan PT Perikanan Indonesia (Persero) serta PT Perikanan Nusantara (Persero) melalui produk ikan.
Arief menyampaikan pemasaran akan semakin diperluas melalui sinergi transportasi dan pergudangan dengan BGR Logistics, kerja sama dengan pihak swasta (toko modern) untuk memperluas aksesbilitas produk, dan pengembangan aplikasi program pada semester II 2022."Diharapkan kolaborasi dengan sejumlah BUMN dan beragam komoditas pangan dapat membantu memastikan keterpenuhan pangan masyarakat secara merata," lanjut Arief.
Arief menambahkan, keberadaan Rania melengkapi portofolio produk pangan RNI yang sebelumnya telah eksis dengan produk gula dan teh. Upaya ini sejalan dengan strategi RNI yang saat ini tengah gencar memperkuat sektor hilir. "Hilirisasi produk menjadi keharusan bagi BUMN Klaster Pangan agar dapat bersaing dengan produk impor dan menjadi tuan rumah di industri pangan nasional," ucap Arief.
Dengan captive market yang ada dan membuka kerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), BUMDes diharapkan dapat mendorong inklusifitas petani di hulu dan keterjangkauan konsumen di hilir. "Ke depan kami juga akan melibatkan penggiling padi nasional," kata Arief.
Direktur Utama Pertani Maryono mengatakan, dalam pengembangan produk ini Pertani berkontribusi memastikan proses pengolahan beras dilakukan melalui teknologi modern sehingga menjaga kualitas dan keunggulan produk hingga sampai ke konsumen. Maryono menambahkan, aspek peningkatan kesejahteraan petani juga menjadi tujuan utama dari kerja sama ini. "Pertani memastikan penyerapan gabah petani dilakukan di atas HPP sehingga dapat menjaga daya beli petani saat harga komoditas sedang jatuh," ungkap Maryono.
Maryono menyampaikan produksi beras Indonesia pada 2020 sedikit mengalami kenaikan 20 ribu ton dari 2019, menjadi sebesar 31,33 Juta ton. Menurut Badan Pusat Statistik, pada 2021, diprediksi total produksi beras akan lebih baik dibanding 2020, hal tersebut dilihat dari produksi selama Januari sampai April yang menyentuh angka 14,54 juta ton atau jauh lebih tinggi dari total produksi beras Januari sampai April 2020 yang sebesar 11,46 ton.