EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati mengatakan, penanganan Covid-19 memengaruhi trafik penerbangan. Termasuk juga dengan penerapan kebijakan pembatasan mobilisasi yang dilakukan pemerintah saat ini. "Masalahnya bukan pada demand masyarakat kita, tapi masalahnya Covid-19 bisa reda enggak," kata Arista kepada Republika.co.id, Selasa (31/8).
Arista menuturkan, sinyal positif trafik penerbangan juga tergantung level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dia menilai, PPKM level 3 atau dua mayoritas akan membuat masyarakat kembali percaya diri menggunakan transportasi pesawat. "Kalau level dua masih menjanjikan kenaikan trafik penumpang dan penerbangan, termasuk untuk penumpang Garuda Indonesia pastinya akan naik kalau Covid-19 turun kasusnya," jelas Arista.
Terlebih, Arista mengatakan untuk selanjutnya akan dihadapi dengan hidup berdampingan dengan Covid-19. Untuk itu, penanganan Covid-19 menjadi kunci untuk menggairahkan kembali industri penerbangan.
Sebelumnya, Garuda Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional perusahaan akan mulai menunjukan tren pemulihan secara bertahap. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, hal tersbut akan mulai terlihat pada semester II 2021 menyusul adanya relaksasi kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat.
Irfan mengatakan, pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia telah berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha jasa transportasi udara. “Tidak terkecuali bagi kami di Garuda Indonesia yang secara bisnis fundamental mengandalkan mobilitas masyarakat,” kata Irfan dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (31/8).
Irfan menjelaskan, realitas bisnis tersebut turut tergambarkan dalam catatan kinerja usaha sepanjang Semester I 2021. Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 696,8 juta dolar AS pada semester I 2021 atau turun sebesar 24 persen jika dibandingkan pendapatan usaha pada periode yang sama tahun lalu.