EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika mengalami tekanan akibat dampak pandemi bagi perusahaan. General Manager Investor Relation Wika Purba Yudha Tama mengatakan tantangan pandemi membuat terjadinya penurunan dalam performa keuangan perusahaan. Yudha menyampaikan pendapatan perusahaan baru mencapai Rp 6,7 triliun per kuartal II 2021 dari target pendapatan sebesar Rp 26,2 triliun untuk tahun ini.
"Capaian memang turun dibandingkan kuartal II 2020 yang sebesar Rp 7,1 triliun," ujar Yudha dalam Public Expose Live 2021 di Jakarta, Rabu (8/9).
Sementara untuk laba kotor per kuartal II 2021 sebesar Rp 547 miliar atau turun dibandingkan laba kotor kuartal II 2020 yang sebesar Rp 670 miliar. Sedangkan laba bersih tercatat sebesar Rp 136 miliar pada kuartal II 2021 atau turun dibandingkan kuartal II 2020 yang sebesar Rp 325 miliar.
Yudha menyebut margin laba kotor dan laba bersih perusahaan pada kuartal II 2021 tercatat sebesar 8,08 persen dan 2,01 persen atau turun dibandingkan kuartal II 2020 yang sebesar 9,39 persen dan 4,55 persen.
Yudha menilai penurunan margin tak lepas dari tekanan pandemi, terutama kepada Wika Beton dan Wika Industri dan Konstruksi yang mempunyai sejumlah pabrik.
"(Pabrik) mereka punya minimal utilisasi untuk tetap menjaga margin positif dan keadaan saat ini membuat utilisasi mereka rendah tapi kita harap setelah pemulihan akan ada perbaikan dan akan menaikkan margin Wika secara keseluruhan," ungkap Yudha.
Yudha mengatakan tingkat penjualan sejumlah sektor andalan Wika pun mengalami penurunan selama pandemi, seperti penjualan apartemen dan rumah tapak.
Kendati begitu, Yudha mengatakan rasio keuangan Wika secara umum masih cukup sehat pada kuartal II 2021 jika ditilik dari rasio lancar sebesar 126 persen, interest service coverage ratio sebesar 1,92 x, dan rasio cepat sebesar 97 persen.
"Dilihat dari semuanya kita masih di level aman, bahkan gearing ratio sendiri sampai kuartal II 2021 sudah 1,58, kita masih punya ruang cukup lebar untuk dapat pendanaan dari market," lanjut Yudha.
Perusahaan, ungkap Yudha, juga sangat selektif dalam menggunakan capital expenditure (capex) sebesar Rp 3,7 triliun untuk 2021. Yudha mengatakan penggunaan belanja modal memang masih cukup rendah yakni sebesar Rp 354 miliar hingga kuartal II 2021.
"Kita selektif untuk delivered belanja modal. Sampai kuartal II 2021 belanja modal lebih banyak untuk eksisting bisnis daripada untuk bisnis baru, kita selektif dengan keadaan sekarang," ucap Yudha.
Yudha menyampaikan perusahaan tetap berupaya menjaga kinerja dengan baik selama pandemi. Kata Yudha, perusahaan tetap mampu membukukan kontrak baru sebesar Rp 98 triliun pada 2020 dan kontrak untuk 2021 per Juli mencapai Rp 78 triliun. Selain itu, perusahaan juga tetap berhasil meraih pendapatan joint operation (JO) dan nonJO sebesar Rp 23,3 triliun pada 2020.
"Memang menurun dibanding 2019 yang sebesar Rp 39,5 triliun tapi kita masih tetap membukukan penjualan dan laba positif. Sementara untuk total aset 2020 sebesar Rp 68 triliun atau naik dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 62,1 triliun," sambung Yudha.
Perusahaan, lanjut Yudha, juga akan mendorong IPO anak usaha secara bertahap. Selain Wika Gedung dan Wika Beton yang sudah melantai, Wika bakal IPO Wika Industri dan Konstruksi pada 2022, Wika Realty pada 2023, dan Wika Rekayasa Konstruksi yang direncanakan melantai pada 2024.
Selain itu, ucap Yudha, Wika juga tetap fokus dalam penyelesaian sejumlah proyek strategis seperti Jalan Tol Serang-Panimbang sepanjang 83,68 Km dengan nilai investasi Wika sebesar Rp 5,28 triliun dengan progres mencapai 57,72 persen.