EKBIS.CO, BANDUNG -- Untuk mewujudkan Indonesia 4.0, pemerintah menargetkan pembukaan 10 juta lapangan kerja baru di 2030. Sementara berdasarkan riset Bank Dunia hingga 2030, Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital.
Namun, menurut CEO Boleh Belajar Oni Fahrurrozi, di lapangan, pelaku usaha digital mengaku sulit menemukan generasi milenial cakap digital. “Nyatanya, kami kekurangan beberapa ratus ribu (tenaga cakap digital) setiap tahunnya,” ujar Oni dalam siaran persnya, Kamis (9/9).
Sebagai gambaran, kata dia, setiap kali rekrutmen, Boleh Dicoba Digital mewawancara 40 orang, hanya 1-2 orang yang kriteria. Itu pun masih perlu dilatih kembali, lantaran hasil penilaiannya skala 6-8 dari 10. “Skill set-nya unik, ini tidak ditemukan di kampus mana pun,” katanya.
Banyak universitas kini telah mengajarkan terkait bidang yang ia geluti, yakni pemasaran digital. Namun, yang dipahami calon pegawai, biasanya hanya permukaannya saja. Masih perlu sekitar 2 bulan melatih perlahan 1-2 orang.
Padahal, kata dia, talenta pemasaran digital relatif menjanjikan dari segi pendapatan. Yakni mulai dari Rp20-25 jutaan, bagi digital marketing specialist, expert, di startup unicorn.
“Semua industri akan membutuhkan digital marketing, apalagi di situasi pandemi semua industri akan merekrut digital marketing dari level staf sampai manager,” katanya.
Pekerja digital juga, kata dia, bisa sambil berjualan di media sosial, karena memiliki skill set unik tersebut. Mendapati fakta itu, ia dan tim pun menggagas bootcamp untuk mengasah kemampuan tersebut. Bootcamp Boleh Belajar, ditempuh dalam 3 bulan pembelajaran, dengan materi kelas sampai terjun menangani klien dan bisnis tertentu.
Pembukaan pendaftaran berlangsung 30 Agustus-1 Oktober 2021, dengan proses mendaftar lewat website, dilanjutkan placement test (proses seleksi). Usaha digital di Indonesia, menurut data yang disampaikan Kementerian Perindustrian, meningkat sampai 50 persen di masa pandemi ini.