Rabu 15 Sep 2021 11:37 WIB

Bahlil: Mei 2022 Indonesia Sudah Produksi Mobil Listrik

Produksi mobil listrik itu merupakan investasi Hyundai senilai 1,55 miliar dolar AS.

Red: Friska Yolandha
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Bahlil mengatakan paling lambat Mei 2022 Indonesia sudah memproduksi mobil listrik.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Bahlil mengatakan paling lambat Mei 2022 Indonesia sudah memproduksi mobil listrik.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan paling lambat Mei 2022 Indonesia sudah memproduksi mobil listrik. Bahlil menjelaskan produksi mobil listrik itu merupakan investasi Hyundai senilai 1,55 miliar dolar AS (setara Rp 21 triliun) yang ditandatangani pada November 2019.

Meski pandemi COVID-19 melanda sejak 2020, perusahaan asal Korea Selatan itu mampu untuk tetap merealisasikan investasi mereka. "Alhamdulillah tahap pertama mobil listrik yang kita tandatangani November 2019, mulai pembangunannya di 2020 sekalipun pandemi COVID-19. (Pada) 2022 bulan Mei paling lambat, insya Allah sudah produksi. Jadi mobilnya sudah paten. Jadi Insya Allah, (sudah) produksi kita," katanya dalam groundbreaking ceremony Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9).

Selain membangun pabrik mobil listrik, Hyundai juga membentuk konsorsium yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution untuk bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat, dengan total nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS.

Fasilitas sel baterai yang dimulai pembangunannya Rabu ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH). Nantinya, pabrik ini akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai. 

Bahlil mengemukakan pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.

"10 GwH hari ini bagian dari 9,8 miliar dolar AS itu," kata Bahlil.

Baca juga : Sri Mulyani Ungkap Tujuh Isu Keuangan pada KTT G20

 

sumber : Antara
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement