Jumat 17 Sep 2021 17:39 WIB

Negosiasi Pabrik Baterai Dilakukan tanpa Konsultan Asing

Pemerintah berhasil mengantongi investasi senilai total 9,8 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joko Widodo (kanan) menyimak penjelasan tentang proses pembuatan baterai sel saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution.
Foto: ANTARA/Biro Pers Media Setpres
Presiden Joko Widodo (kanan) menyimak penjelasan tentang proses pembuatan baterai sel saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, proses negosiasi pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia dilakukan dengan Korea Selatan tanpa melibatkan konsultan asing. Ia menyebutkan, negosiasinya cukup alot.

"Deal bisnis senilai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp 142 triliun tanpa libatkan konsultan asing. Dilakukan oleh seutuhnya oleh anak-anak putra-putri bangsa terbaik. Kami sendiri yang pimpin waktu itu," ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat (17/9).

Baca Juga

Pemerintah, kata dia, berhasil mengantongi investasi senilai total 9,8 miliar dolar AS untuk proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan Korea Selatan. Pada tahap awal, konsorsium Hyundai, LG Energy Solution dan KIA membentuk perusahaan patungan dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) telah memulai pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat, senilai 1,1 miliar dolar AS.

Ia menjelaskan, pemerintah telah mencanangkan pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai listrik sejak 2019. Lalu pada November 2019, pemerintah melakukan kesepakatan dengan Hyundai terkait pengembangan rencana tersebut. 

"Sekarang pembangunannya sudah mencapai 100 persen untuk yang konvensional. Lalu yang mobil listrik akan diproduksi 2022 bulan Mei. Jadi, nanti kita sudah produksi mobil listrik buatan Hyundai" katanya.

Pada Desember 2021, pabrik prekursor ditargetkan sudah terbangun. Sementara, pabrik sel baterai di Karawang diharapkan selesai konstruksi pada September 2022 dan mulai berproduksi pada 2023.

"Saya targetkan total sudah harus start paling lambat 2022 awal, semua harus jalan. Jadi insya Allah sebelum masa kabinet kedua selesai, insya Allah sudah clear pembangunannya," ujar Bahlil. 

Menurut dia, ada beberapa alasan investor memilih berinvestasi mobil listrik di Indonesia. Di antaranya karena negeri ini merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara, sebanyak 43 persen pasar ada di Tanah Air. Lalu Indonesia mempunyai bahan baku seperti mangan, nikel, dan cobalt.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement