EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJBR) mencatatkan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 7,2 triliun pada kuartal II 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 12,5 persen dari sebelumnya berada Rp 6,4 triliun pada kuartal II 2020.
Direktur IT, Treasury & International Banking BJBR Rio Lanasier mengatakan perusahaan telah menerapkan inovasi digital terhadap berbagai produk layanan perbankan. Perusahaan memanfaatkan digital marketing sebagai upaya menjangkau nasabah.
“Kinerja BJBR didukung dengan permintaan kredit dari masyarakat yang positif. Itu baru dari pertumbuhan KPR, belum dari penyaluran kredit terhadap usaha dan lainnya, sehingga memberikan tambahan kinerja pada BJBR, masuknya BJBR ke dalam era digitalisasi dapat menambah persaingan industri perbankan,” ujarnya kepada Republika, Senin (20/9).
Rio menyebut adanya digitalisasi dapat menarik masyarakat, sehingga sebaran nasabah akan semakin bertambah dan dapat meningkatkan kinerja BJBR ke depannya. “Perkiraan itu ditopang dengan BJBR yang telah meluncurkan berbagai platform transaksi keuangan digital sejak 2019. Aksi korporasi ini dinilai memudahkan bisnis untuk beradaptasi masa krisis,” ucapnya.
Dia mencontohkan pada 2019 perusahaan telah meluncurkan campaign Pasar Nga-Digi yang memungkinkan masyarakat agar berbelanja ke pasar dari rumah. “Sistem pembayaran yang dilakukan memanfaatkan QRIS BJBR. Hal tersebut sudah diuji coba beberapa pasar di Kota Bandung, oleh karenanya saat pandemi melanda, kita tinggal melakukan penyesuaian pola. Kami juga menyesuaikan fokus perusahaan untuk mendorong financial inclusion lewat digitalisasi perbankan,” ucapnya.
Menurutnya perusahaan senantiasa belajar dari setiap kondisi krisis yang melanda, tak terkecuali pada krisis keuangan 1998 lalu. “Krisis pandemi Covid-19 memberikan berkah tersembunyi dalam mempercepat transformasi digital lini bisnis perusahaan. Kami sudah siap sebelum ini tiba, banyak penerapan inovasi digital yang telah dilakukan. Salah satu momen yang paling berpengaruh itu pada saat peluncuran transaksi non-tunai melalui QRIS BJBR, sehingga warga bisa berbelanja secara mobile dengan e-wallet mereka. Hal ini sangat membantu performance pada 2020-2021,” ungkapnya.
Sementara itu Analis Senior CSA Reza Priyambada melihat kinerja BJBR sepanjang semester pertama 2021 ditopang oleh kredit. Pada penutupan perdagangan Jumat 17 September 2021, BJBR masih menjaga tren positifnya dengan harga saham terakhir yakni Rp 1350 per saham.
“Dari satu sisi dia mampu mengelola kreditnya dan pendapatan mereka berpengaruh ke pendapatan yang memberikan kinerja mereka," kata Reza.
Menurutnya dari sisi beban juga, BJBR mampu terkelola dengan baik dan ada peningkatan laba. "Kalau dilihat dari chartnya cukup menarik pergerakan dari bjbr sekarang posisi 1.300 an kemudian waktu awal tahun sempat 1.800 an masih memiliki potensi kenaikan yang cukup besar," ujarnya.
"Target BJBR Kalau dalam waktu dekat 1.450. Tapi kalau dilihat dari rekomendasi 1.800-1900 itu bisa menjadi acuan target price mereka,” ucapnya.
Analis Pasar Modal sekaligus Ekonom LBP Institute Lucky Bayu Purnomo memprediksi saham BJBR akan cenderung menguat hingga akhir tahun ini. "Saya berikan target harga 1345 sekarang hingga penutupan tahun cenderung menguat targetnya hingga 1625 akhir tahun 1650 itu adalah harga tertinggi sejak 2011. Jadi ada tren menguat dari harga saat ini," kata Lucky.
Kata dia, BJBR sebenarnya bank yang sudah memiliki market share yang identik. Jadi populasinya sudah memiliki yang sudah identik terhadap satu kegiatan keuangan misalnya kredit.
"Market share BJBR dominan pada konsumen yg sudah lama itu yang membuat saham BJBR cukup menarik. Tantangan persaingan bank dan inovasi BJBR harus bergegas melakukan terobosan, sehingga memberikan suatu perbedaan industri dan wilayah atau daerah," ucapnya.