EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga emas melemah di perdagangan Asia pada Selasa (21/9) sore, karena investor berhati-hati bersiap untuk panduan Federal Reserve AS tentang pengurangan pembelian aset dan kenaikan suku bunga. Sementara sentimen penghindaran risiko yang dipicu krisis utang Evergrande China membatasi kerugian pada logam safe-haven.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang kemungkinan dihasilkan dari stimulus yang meluas. Langkah hawkish oleh The Fed akan mengurangi daya tarik emas, sementara kenaikan suku bunga pada akhirnya juga akan meningkatkan peluang kerugian memegang aset tanpa imbal hasil.
Harga emas di pasar spot turun tipis 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.760,80 dolar AS per ons pada pukul 06.45 GMT (14.45 WIB). Sementara emas berjangka AS datar di 1.762,10 dolar AS per ons.
"Dalam jangka panjang, mereka (harga emas) masih condong ke sisi negatif karena kita akan terus melihat Fed ingin mendorong ke arah normalisasi kebijakan moneter, yang biasanya bukan lingkungan yang baik untuk emas," kata analis IG Market, Kyle Rodda.
The Fed kemungkinan akan memberikan pandangan tentang seberapa cepat dan seberapa sering mereka berpikir ekonomi akan membutuhkan kenaikan suku bunga selama tiga tahun ke depan pada pertemuan kebijakan mereka pada Rabu (22/9).
Harga emas pulih pada Senin (20/9) dari level terendah lebih dari satu bulan di 1.741,86 dolar AS karena kekhawatiran atas dampak dari masalah solvabilitas pengembang properti Evergrande menakuti pasar saham di seluruh dunia dan mendorong investor ke aset-aset safe-haven.
Perak naik tipis 0,2 persen menjadi 22,28 dolar AS per ons. Palladium naik 1,2 persen menjadi 1.908,71 dolar AS per ons, sementara platinum naik 0,8 persen menjadi 918,00 dolar AS per ons.
Sementara itu, harga emas Antam pada Selasa mengalami kenaikan harga Rp 5.000 menjadi Rp 922.000 per gram. Harga buyback emas juga naik Rp 5.000 menjadi Rp 809.000 per gram.