Pengembang real estat terbesar di China, Evergrande telah membuat orang-orang terkaya kehilangan miliaran dolar. Sebanyak lima orang terkaya di dunia, seperti Elon Musk, Jeff Bezos, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan lainnya kehilangan lebih dari USD26 miliar (Rp370 triliun).
CEO Tesla Elon Musk kekayaan bersihnya turun USD7,2 miliar menjadi USD198 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index. Pendiri Amazon.com, Jeff Bezos kehilangan USD5,6 miliar, dengan kekayaan bersih USD194 miliar.
Sebagai perbandingan, dilansir dari Financial Express di Jakarta, Rabu (22/9/21) indeks S&P 500 merosot 1,7 persen menjadi USD4.357,73, membukukan kinerja harian terburuk sejak Mei tahun ini. Aksi jual Senin menyeret indeks S&P 500 turun 4,3 persen dari level tertinggi 52 minggu di USD4.545,85.
Baca Juga: Survei Membuktikan: Ribuan Miliarder Tak Akan Wariskan Banyak Harta ke Anak, Lho Kenapa?
Pendiri dan Ketua Evergrande Hui Ka Yan, yang berada di posisi 359 dalam daftar Bloomberg Billionaires Index, melihat penurunan peringkat kekayaannya karena saham perusahaan jatuh ke level terendah dalam lebih dari 11 tahun. Saham Evergrande terakhir terlihat diperdagangkan pada level ini pada Mei 2010. Kekayaan bersihnya mencapai USD7,3 miliar, turun hampir USD16 miliar pada basis year-to-date.
Pada 21 September 2021, Elon Musk kembali menjadi orang terkaya di dunia di planet ini dengan kekayaan bersih USD198 miliar, meskipun turun USD7,15 miliar. Jeff Bezos berdiri di posisi kedua dengan kekayaan bersih USD194 miliar, dengan penurunan USD5,2 miliar.
Tiga orang lainnya dalam daftar lima teratas adalah kepala grup Louis Vuitton SE Bernard Arnault dengan USD157 miliar (turun USD2 miliar), salah satu pendiri Microsoft Bill Gates dengan USD149 miliar (turun USD1,94 miliar), dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg dengan USD132 miliar (turun USD3,27 miliar). Sejauh minggu ini, lima orang terkaya teratas telah kehilangan lebih dari USD26 miliar (Rp370 triliun).
Krisis Evergrande dianggap bisa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian global. CNBC International melaporkan, di tengah ancaman perluasan dampak tersebut, banyak pihak menilai pemerintah China akan ikut campur dalam proses penyelesaian masalah sebelum akhirnya krisis Evergrande memberikan dampak pada sistem perbankan.
Beberapa pihak menilai, krisis Evergrande tak bakal menyebabkan krisis keuangan, seperti krisis Lehman Brothers pada tahun 2008 lalu. Namun, risiko Evergrande bakal menyebabkan gejolak baru di perekonomian sangat mungkin terjadi.
Fakta bahwa ekonomi China begitu besar membuat krisis akibat permasalahan likuiditas yang dialami Evergrande sangat mungkin berdampak pada perekonomian dunia.