EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut laju inflasi Indonesia relatif masih terkendali. Tercatat saat ini laju inflasi terjaga pada level 1,59 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia harus bisa menjaga inflasi, sehingga ekonomi Indonesia bisa mempercepat pemulihan yang lebih solid.
“Jadi dalam hal ini Indonesia dengan ini masih masih terjaga pada 1,59 persen, dan kemarin Pak gubernur (Bank Indonesia) sudah menyampaikan mengenai stand dari kebijakan moneternya yang tetap mempertahankan pada 3,5 persen,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA secara virtual, Kamis (23/9).
Sri Mulyani mencontohkan banyak negara yang ekonominya mendapat tekanan dari Inflasi. Korea Selatan, kata dia, mengalami inflasi 2,6 persen saat masa pemulihan ekonomi, sehingga akan berdampak pada kebijakan moneter atau suku bunga negara tersebut.
"Brazil juga mengalami inflasi yang melonjak hingga bahkan delapan persen dan telah menyebabkan respon suku bunganya meningkat 5,25 persen terhadap bank sentralnya," kata Sri Mulyani.
"Rusia juga mengalami inflasi hingga tujuh persen dan kita lihat disini respon dari kebijakan suku bunga nya sudah meningkat 6,5 persen,” lanjutnya.
Selanjutnya Turki, Sri Mulyani menyebut negara yang sedang berjuang dalam pemulihan ekonomi itu mengalami inflasi sebesar 19,25 persen. Adapun kondisi ini juga menyebabkan suku bunganya tidak mungkin mengalami penurunan dari 19 persen.
"Even Mexico dalam hal ini juga terlihat inflasinya ada mendekati enam persen,“ ucapnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengingatkan saat ini inflasi menjadi hal yang harus diwaspadai di tengah masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal ini karena ekonomi sejumlah negara, sudah mendapat tekanan dari laju inflasi yang cukup liar.
"Laju inflasi yang terjadi berbagai negara menimbulkan suatu perhatian yang harus kita waspadai. Berbagai negara menghadapi komplikasi di mana pada saat ekonominya baru mulai akan pulih inflasinya sudah take over jauh lebih dominan,” ungkapnya.