Rabu 29 Sep 2021 11:10 WIB

Indeks Kepercayaan Konsumen AS Turun Level Terendah

Konsumen kurang tertarik untuk membeli rumah dan barang-barang mahal.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi pembangunan properti. Indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) sebesar tujuh persen pada September.
Foto: AP News
Ilustrasi pembangunan properti. Indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) sebesar tujuh persen pada September.

EKBIS.CO,  WASHINGTON -- Indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) sebesar tujuh persen pada September. Adapun realisasi ini merupakan level terendah karena peningkatan tanpa henti dalam kasus Covid-19.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Rabu (29/9), realisasi tersebut turut memperdalam kekhawatiran tentang prospek jangka pendek ekonomi. Hal ini sesuai ekspektasi perlambatan pertumbuhan sektor ekonomi pada kuartal III 2021.

Survei dari Conference Board menunjukkan konsumen kurang tertarik untuk membeli rumah dan barang-barang mahal seperti kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga utama selama enam bulan ke depan. Hal ini tidak membuat optimisme konsumen tentang pasar tenaga kerja seperti pada bulan sebelumnya.

Aktivitas ekonomi telah mendingin dalam beberapa bulan terakhir karena dorongan dari uang bantuan pandemi memudar dan infeksi berkobar. Hal ini didorong oleh varian Delta yang sangat menular dari virus corona dan kekurangan tenaga kerja dan bahan baku.

Ekonom korporat di Navy Federal Credit Union di Wina, Virginia Robert Frick mengatakan asumsi prediksi penurunan Delta benar, kemunduran ini mungkin merupakan palung tiga bulan selama reli pemulihan. "Tetapi mengingat gelombang itu tampaknya akan memuncak, ada harapan kepercayaan baru saja mencapai titik terendahnya," ucapnya.

Conference Board mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun ke 109,3 bulan ini dari 115,2 pada Agustus. Adapun penurunan bulanan ketiga berturut-turut mendorong indeks ke level terendah sejak Februari.

Ukuran tersebut, yang lebih menekankan pada pasar tenaga kerja, telah turun 19,6 poin dari puncak 128,9 pada Juni. Hal itu berbeda dengan survei konsumen Universitas Michigan, yang menunjukkan sentimen stabil awal bulan ini.

"Penurunan berturut-turut ini menunjukkan konsumen telah tumbuh lebih berhati-hati dan cenderung membatasi pengeluaran ke depan," kata Direktur Senior Indikator Ekonomi di Conference Board di Washington Lynn Franco.

Politisi di Washington yang bertengkar karena memperluas kemampuan pinjaman pemerintah federal juga menimbulkan keresahan. Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pemerintah dapat kehabisan uang tunai pada 18 Oktober kecuali jika Kongres AS menaikkan batas utang.

Yellen memperingatkan default utang akan menjadi peristiwa bencana yang akan memicu krisis dan bencana keuangan. Hal ini disebut diferensial pasar tenaga kerja Conference Board. Berdasarkan data pandangan responden tentang pekerjaan banyak atau sulit didapat, turun ke angka 42,5 bulan ini dari 44,4 pada Agustus atau tertinggi sejak Juli 2000.

Tercatat, saham di Wall Street diperdagangkan lebih rendah. Dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang. Harga Treasury AS turun. Ekspektasi inflasi konsumen selama 12 bulan ke depan turun menjadi 6,5 persen dari 6,7 persen pada bulan lalu.

Kemudian daya beli untuk kendaraan bermotor turun ke level terendah sembilan bulan. Lebih sedikit konsumen yang berencana membeli peralatan rumah tangga seperti mesin cuci dan pengering pakaian selama enam bulan ke depan, mendukung ekspektasi perlambatan tajam dalam belanja konsumen kuartal ini, yang pada akhirnya akan menahan pertumbuhan ekonomi. Adapun perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto untuk kuartal ketiga sebagian besar di bawah tingkat tahunan lima persen. Ekonomi tumbuh pada kecepatan 6,6 persen pada kuartal kedua.

Ekspektasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih lambat diperkuat oleh laporan terpisah dari Departemen Perdagangan menunjukkan defisit perdagangan barang naik 0,9 persen menjadi 87,6 miliar dolar AS pada Agustus karena bisnis mengimpor lebih banyak produk untuk mengisi persediaan. Perdagangan telah mengurangi pertumbuhan PDB selama empat kuartal berturut-turut.

Impor barang naik 0,8 persen menjadi 236,6 miliar dolar AS, didorong oleh barang konsumsi dan pasokan industri. Namun impor makanan, barang modal dan kendaraan bermotor turun. Impor kendaraan bermotor kemungkinan terbebani oleh kekurangan semikonduktor global, yang berdampak pada produksi.

Impor yang meningkat mengimbangi kenaikan 0,7 persen dalam ekspor barang menjadi 149,0 miliar dolar AS, didukung oleh pasokan industri dan barang konsumsi. Namun negara tersebut melaporkan penurunan ekspor barang modal, kendaraan bermotor dan produk makanan. Ekspor meningkat karena ekonomi global terus pulih dari pandemi.

Sebagian dari peningkatan impor tersebut berakhir di gudang-gudang pedagang besar dan pengecer. Persediaan grosir dipercepat 1,2 persen bulan lalu. Saham retail naik tipis 0,1 persen. Persediaan ritel tertahan oleh penurunan 1,5 persen dalam stok kendaraan bermotor.

Kemudian Survei Conference Board menunjukkan konsumen cenderung tidak membeli rumah selama tiga bulan berturut-turut di tengah harga rumah yang lebih tinggi karena pasokan yang terbatas.

Inflasi harga rumah yang berkelanjutan dikuatkan oleh laporan keempat dari Federal Housing Finance Agency yang menunjukkan harga rumah melonjak ke rekor 19,2 persen dalam 12 bulan hingga Juli setelah melonjak 18,9 persen pada Juni.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement