EKBIS.CO, JAKARTA— Partai Gerindra merespons persoalan anjloknya harga telur di pasar yang mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Para petani telor pun merugi puluhan juta rupiah dan berharap pemerintah dapat memberikan solusi atas jatuhnya harga telur ini. Sebab, persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut karena menyangkut sumber protein dan makanan utama rakyat kecil.
"Ini tidak boleh dibiarkan karena jumlah peternak ayam petelur itu cukup besar. Ada di Jawa Timur, di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra hingga Sulawesi dan hampir di setiap provinsi ada,” kata Ketua Fraksi Gerindra DPR RI Ahmad Muzani dalam keterangannya, Kamis (7/10).
Menurut dia, jika dibiarkan akan menjadi beban baru, apalagi telur merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia sejak dulu hingga sekarang. Telur telah menjadi sumber protein tinggi yang murah meriah dan sangat digemari rakyat.
Menurut Muzani, ada beberapa hal yang menyebabkan harga telur menjadi anjlok. Salah satunya karena tingginya harga pakan ayam, sehingga produksi ayam petelur menjadi tinggi sebagai akibat dari penerapan PPKM. Sementara serapan di pasar masih rendah dan produksi yang melimpah tidak bisa diserap maksimal oleh pasar. Inilah yang menyebabkan harga telur terus mengalami penurunan. Akibatnya para peternak ayam petelur mengalami kerugian.
"Rendahnya harga telur dipicu tingginya harga pakan. Ini menyebabkan produksi ayam menjadi mahal, sementara harga telur menjadi jatuh. Hotel-hotel dan bisnis restoran belum semuanya pulih dan normal, itulah kenapa harga telur jatuh efek dari kebijakan PPKM," jelas Muzani yang juga Sekjen Partai Gerindra itu.
Muzani kemudian berharap pemerintah bisa segera memberikan solusi atas persoalan ini. Caranya melalui sumber dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 321,2 triliun dan anggaran UMKM sebesar Rp 27,28 triliun. Partai Gerindra meyakini bahwa permasalahan jatuhnya harga telur di pasaran yang merugikan peternak ayam layer ini bisa diatasi dari sumber APBN yang sudah disepakati DPR dan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 30 September lalu.
"Akumulasi dari kerugian yang dialami para peternak ayam telur itu bisa mencapai triliunan rupiah. Itulah mengapa mereka meminta perhatian dari pemerintah,” tutur dia.
Gerindra berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada para peternak ayam telur ini melalui dana PEN atau UMKM yang baru saja disetujui DPR Tahun Anggaran 2022 sehingga mereka bisa bertahan meski harga telur jatuh dan merugi.
Anjloknya harga telur mencapai Rp 15 ribu perkilo berdampak pada peternak yang merugi hingga puluhan juta rupiah. Hal itu seperti diakui Peternak Unggas Sejahtera (Putera) di Blitar.
Ketua Putera Sukarman mengatakan, kondisi peternak mulai terganggu sejak Covid-19. Harga telur tidak stabil dan sering jatuh, sedangkan harga pakan melambung tinggi, baik konsentrat, pabrikan, maupun jagung.