EKBIS.CO, JAKARTA – Produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, hingga awal Oktober ini tembus 500 juta barel.
Realisasi produksi tersebut jauh di atas rencana pengembangan atau plan of development (PoD) yang disodorkan operator ExxonMobil Cepu Ltd yakni sebesar 450 juta barel.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas), Dwi Sutjipto, menjelaskan biaya yang digelontorkan Exxon sejak tahun 2008 juga tidak sedikit. Tapi itu dibayar dengan produksi optimal blok Cepu.
Selain itu produksi kumulatif 500 juta barel minyak tersebut, WK Cepu mampu memberikan penerimaan negara sebesar empat kali lipat dibandingkan nilai investasinya.
“Sejak 2008, dengan total investasi sekitar Rp 57 triliun, Blok Cepu telah memproduksi 500 juta barel minyak mentah dan berkontribusi lebih dari Rp 249 triliun bagi pendapatan negara dalam bentuk minyak mentah dan pajak,” kata Dwi, Sabtu (8/10).
Berdasarkan kajian teknis yang dilakukan, cadangan Lapangan Banyu Urip juga meningkat menjadi 940 juta barel, yang artinya meningkat lebih dari dua kali lipat dari POD awal sebesar 450 juta barel. Peningkatan ini tentunya memberikan manfaat besar bagi penerimaan negara yang optimal serta multiplier effect bagi perekonomian lokal.
“Di awal POD Banyu Urip, tingkat periode plateau diperkirakan berlangsung sekitar 2 tahun dengan tingkat produksi rata-rata tahunan sebesar 165 ribu barel minyak per hari (BPH). Sejak full facility dimulai pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185 ribu hingga 225 ribu BPH, termasuk tambahan 10 ribu BPH dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019,” ujar Dwi.
Banyu Urip kata Dwi berada di puncak produksi selama lima tahun, lebih lama tiga tahun dari yang diantisipasi semula. “Kini lapangan tersebut mengalami penurunan reservoir secara alami karena karakter reservoir alami yang berlaku umum di seluruh dunia,” ujar dia.
Namun demikian, Dwi mengatakan pihaknya terus berupaya bersama EMCL untuk menjaga tingkat penurunan produksi yang terjadi. “Bersama EMCL, kami berkoordinasi secara aktif untuk menjaga tingkat produksi WK Cepu, hal ini dilakukan mengingat WK Cepu menjadi salah satu tulang punggung dalam upaya mencapai produksi nasional 1 juta BPH di 2030,” ungkap Dwi.
Fasilitas WK Cepu dibangun oleh lima konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Lebih dari 460 perusahaan nasional dan lokal juga turut berpartisipasi dalam mendukung pengembangan dan operasi di WK tersebut.
Tidak hanya meningkatan pengembangan kinerja organisasi, perusahaan-perusahaan ini juga mendapatkan manfaat berupa transfer pengetahuan dan teknologi.