Di sana telah mengkonsolidasikan lahan petani dengan lahan seluas 100 hektare. Kacang koro diproyeksikan sebagai substitusi kacang kedelai yang masih impor.
“Hal ini telah mendapatkan sambutan yang positif dari para perajin tahu tempe dan Gabungan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia," kata Menkop. Teten berharap, dapat terjalin kerja sama antara Koperasi Darussyifa ini dengan Koperasi Paramasera guna mengkonsolidasikan lahan yang ada agar masuk ke dalam skala ekonomi.
"Harus diyakini, pesantren memiliki potensi sangat besar untuk mendukung perekonomian negara karena memiliki berbagai jenis usaha," kata Teten.
Ia melanjutkan, koperasi berperan sebagai konsolidator, agregator, sekaligus offtaker dari produk-produk usaha mikro dan kecil. Maka, sambung dia, UMKM jangan dibiarkan menjalankan usaha sendiri-sendiri, tapi bergabung ke dalam wadah koperasi. Dengan begitu, dapat mencapai skala ekonomi yang lebih baik.
"Tugas kami membangun ekosistem koperasi agar bisa berkembang. Hingga nantinya bisa menembus ke akses pembiayaan, pengembangan usaha, dan pasar," ujar Teten.
Dalam kesempatan sama, Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh KH E Supriatna Mubarok mengatakan, pihaknya akan merangkul berbagai Kopontren yang ada di Sukabumi supaya bergabung dalam satu wadah koperasi. “Agar koperasi kita menjadi lebih besar dan kuat lagi," tuturnya.
KH Supriatna berharap pondok pesantren mampu berkontribusi pada negeri. Selain di bidang kualitas SDM juga pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat melalui Koppontren dengan memiliki banyak unit usaha yang potensial.
Sementara Staf Ahli Bupati Sukabumi Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ajat Sudrajat mengatakan, wilayahnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan dan dioptimalkan kemanfaatannya. "Dengan pengembangan sektor agribisnis dan pariwisata melalui koperasi, diharapkan terciptanya percepatan dalam pembangunan ekonomi Sukabumi," ujar dia.