Tujuh Negara
Dari aspek teknis, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP (Kapusdiktan) Idha Widi Arsanti, mengatakan bahwa workshop merupakan bagian kegiatan AWGATE, juga sebagai komitmen Indonesia menyelenggarakan lokakarya sebagaimana direkomendasikan dalam Pertemuan AWGATE sebelumnya.
Kapusdiktan Idha WA menambahkan workshop diikuti tujuh negara: Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja dan Myanmar maka kita bisa bertukar informasi tentang gambaran umum, pengalaman dan kisah sukses pengembangan Wirausaha Muda Pertanian, promosi dan kerjasama bagi pengembangan usaha serta merumuskan tindak lanjut pelibatan dan kerjasama antarpengusaha ASEAN Youth Agriculture.
"Setiap delegasi memaparkan gambaran umum kegiatan usahanya dan menjelaskan pengalaman masing-masing merintis usaha hingga saat ini dapat berjalan," katanya.
Menurutnya, juga disampaikan kebijakan masing-masing negera dalam mendukung dan mempromosikan pemuda di sektor serta pengembangan dan promosi wirausaha. Contohnya, tiap delegasi mengurai kegiatan usahanya seperti Thailand dengan komoditas sayur hidroponik.
Pendiri F3, Rizal Fahreza memperkenalkan usaha taninya berupa komoditas unggulan jeruk. Unik dan berbeda, F3 selain menyediakan jeruk segar siap petik.
"Konsumen pun menikmati keasrian lingkungan dan cicip nasi liwet, kuliner khas Garut karena F3 mengusung usaha tani bertema agroeduwisata," katanya.
Lokakarya juga menggelar virtual field visit berupa video short trip secara daring dan offline tentang petani muda sukses di Indonesia dan Teaching Factory Politeknik Pembangunan Pertanian Indonesia (Polbangtan) dan Sekolah Vokasi Pengembangan Pertanian.
Kegiatan Teaching Factory yang ditampilkan dari Politeknik Pengembangan Pertanian Indonesia (IADP) Bogor, Gowa, Manokwari; Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (ISSVSAD/SMK-PP) Sembawa, BUMP PT Cahaya Abadi Petani (CAP) milik DPM Husni Thamrin dan CAU Chocolate Bali milik DPM Kadek Surya.