EKBIS.CO, GARUT -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Ahad (14/11). Kunjungan itu dilakukan untuk memantau langsung kesiapan daerah menyediakan cadangan pangan untuk menghadapi cuaca ekstrem.
Syahrul mengatakan, pemerintah daerah harus menyiapkan langkah-langkah mempersiapkan ketahanan pangan nasional, khususnya dalam menghadapi cuaca ektrem yang diperkirakan berlangsung hingga tahun depan. Sebab, cuaca ektrem yang akan terjadi dinilai akan mempengaruhi produksi pertanian.
"Pertanian itu rentan cuaca, hama, dan terkahir bencana alam," kata dia di Kabupaten Garut, Ahad.
Karena itu, tiga faktor itu harus diantisipasi dengan mempersiapkan stok pengaman atau cadangan makanan (buffer stock) dalam menghadapi cuaca ekstrem. Artinya, selain beras, kebutuhan lain yang dapat dijadikan makanan pokok, seperti jagung, pisang, talas, atau ketela, harus juga disiapkan.
"Saya bersama Gubernur, atas perintah Bapak Presiden, akan terus persiapkan itu, terutama di cuaca ekstrem sampai Maret. Jadi harus ada langkah pasti mempersiapkan cadangan makanan dan ketahanan makanan yang kuat untuk menghadapi cuaca ekstrem sampai Maret nanti," ujar dia.
Syahril menambahkan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus melakukan asistensi, mendorong, dan mendampingi, pemerintah daerah untuk menyiapkan ketahanan pangan, khususnya selama cuaca ekstrem. Ia menilai, apabila pemerintah daerah memberikan perhatian serius mempersiapkan ketahanan pangan, pemulihan ekonomi secara nasional tak akan banyak terkendala.
"Saya berbahagia melihat apa yang telah dilakukan Kabupaten Garut. Ini luar biasa perhatiannya kepada sektor pertanian," kata dia.
Sementara itu, Bupati Garut, Rudy Gunawan mengatakan, daerahnya memiliki potensi besar dalam menunjang ekonomi rakyat melalui sektor pertanian. Menurut dia, sekitar 39 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Garut dihasilkan dari sektor pertanian.
Ia menjelaskan, di Kabupaten Garut terdapat lahan pertanian seluas 3.000 km persegi, dengan rincian 1.700 km persegi milik Kabupaten Garut dan sisanya adalah milik Perhutani, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN). “Tentu kami memperhatikan lingkungan hidup, kami tidak akan memberikan izin Pemerintah Daerah terhadap penggunaan tanah Perhutani yang akan mengakibatkan ekosistem terganggu,” kata dia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menilai, produktivitas jagung di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, sangat luar biasa. Bahkan diperkirakan, produksi disana mampu memenuhi kebutuhan pakan Jawa Barat (Jabar).
"Di Garut ini hamparannya sekitar 4.000 hektare yang ada di Kecamatan Limbangan. Dan di sebelahnya, Kecamatan Nagrek sekitar 2.000 hektare. Ini dua kecamatan saja kalau di jumlah pada musim tanam sangat luar biasa. Ke depan potensi ini bisa di dorong untuk ekspor," kata dia.