EKBIS.CO, CHICAGO -- Harga emas anjlok lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Senin (22/11), tertekan dolar AS. Mata uang AS itu menguat setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell dinominasikan untuk masa jabatan kedua, mendorong ekspektasi bank sentral dapat tetap berada di jalur pengurangan dukungan ekonomi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tajam 45,3 dolar AS atau 2,45 persen menjadi ditutup pada 1.806,30 dolar AS per ounce. Sementara emas di pasar spot juga jatuh 2,1 persen, menjadi diperdagangkan di 1.805,30 dolar AS per ounce pada pukul 19.00 GMT, terendah sejak 5 November.
"Emas dijual karena anggapan mungkin The Fed akan mempertahankan jalur kebijakan moneternya saat ini sebagai lawan dari nominasi Lael Brainard," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menambahkan bahwa Brainard akan dianggap membuka jalan untuk lebih kebijakan dovish.
Pencalonan kembali Powell juga menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS semakin memperlemah emas, membuat emas mengalami penurunan harian tertajam dalam lebih dari tiga bulan.
Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi mahal bagi pembeli luar negeri. Sementara suku bunga yang lebih tinggi diterjemahkan menjadi peningkatan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Pasar uang sekarang memperkirakan Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni mendatang dibandingkan sebelumnya pada Juli. "Pergerakan yang lebih tinggi dengan imbal hasil riil telah mempercepat beberapa pelemahan emas, tetapi terlalu dini bagi investor yang berpikir ini adalah awal dari tren yang berkelanjutan," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 48,4 sen atau 1,95 persen, menjadi ditutup pada 24,297 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Januari turun 20,9 dolar AS atau 2,02 persen, menjadi ditutup pada 1.015,1 dolar AS per ons.