EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan berbagai langkah strategis demi meningkatkan kinerja industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) agar lebih produktif dan berdaya saing di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19. Salah satunya melalui Program Penggantian Potongan Harga Mesin Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
“Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan. Oleh karena itu, pemerintah berperan aktif mendorong peningkatan kinerja industri TPT untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor serta mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam melalui keterangan resmi, Kamis (25/11).
Dirjen IKFT menyampaikan, pihaknya telah menginisiasi pemberian insentif investasi untuk industri TPT. Stimulus ini berupa fasilitasi penggunaan mesin dan atau peralatan yang lebih modern, lebih efisien dan hemat energi serta lebih ramah lingkungan.
Program ini, kata dia, menjadi bukti komitmen Indonesia dalam pemenuhan mitigasi emisi gas rumah kaca sesuai Paris Agreement dan Conference of the Parties ke-26 (COP26). Sekaligus merupakan kelanjutan dari program restrukturisasi mesin dan atau peralatan untuk industri TPT serta alas kaki dan kulit yang dilakukan sejak tahun 2007.
“Program tersebut terbukti memberikan dampak positif terhadap kinerja industri dengan penambahan investasi mesin dan peralatan sebesar Rp 13,82 triliun, peningkatan kapasitas produksi pada industri TPT sebesar 21,75 persen, dan peningkatan realisasi produksi sebesar 21,22 persen. Kemudian efisiensi energi sebesar 11,86 persen serta penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 28.295 orang,” tutur Khayam.
Setelah dirasakan dampak positifnya, lanjut dia, program serupa kembali dilaksanakan pada 2021 dengan fokus pada industri penyempurnaan kain dan industri pencetakan kain. Mesin dan peralatan yang diberikan stimulus merupakan mesin atau peralatan yang mengadopsi teknologi industri 4.0,antara lain artificial intelligence, internet of things, augmented reality atau virtual reality, advanced robotics, 3D printing, dan machine to machine communication.
Sebagai langkah implementasi program tersebut, telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Pemberian Penggantian Potongan Harga (P4H) Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan antara Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki dengan delapan direksi dari perusahaan industri penyempurnaan kain dan pencetakan kain. Kedelapan perusahaan penerima program yaitu PT Surya Usaha Mandiri, PT Sinar Para Taruna, PT Guna Mitra Prima, dan PT Budi Agung Sentosa.
Selanjutnya, PT Ayoe Indotama Textile, CV Purnama Tirtatex, PT Sipatex Putri Lestari, dan PT Dunia Setia Sandang Asli Tekstil. Sebelumnya, telah dilakukan verifikasi dokumen dan legalitas kepada delapan perusahaan tersebut oleh Lembaga Pengelola Operasional Program (LPOP) dan verifikasi kelayakan usaha, kewajaran harga mesin atau peralatan, kewajaran kronologi dokumen pembelian dan pembayaran serta verifikasi lapangan oleh Lembaga Penilai Independen (LPI).
Kemenperin juga telah melakukan pembahasan dalam rapat tim teknis (RTT) I dan II yang dihadiri anggota tim teknis dari berbagai Kementerian/Lembaga, Dinas Perindustrian daerah, perwakilan Asosiasi dan para tenaga ahli di bidang tekstil. Setelah melalui berbagai tahapan tersebut, delapan perusahaan terpilih disetujui menjadi peserta program restrukturisasi dan mendapatkan penggantian potongan harga pembelian mesin dan peralatan pada tahun 2021.
“Program ini tentunya dijalankan dengan mengacu prinsip-prinsip good governance dengan dasar hukum Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 18 Tahun 2021 tentang Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan pada Industri Penyempurnaan Kain dan Industri Pencetakan Kain serta Perdirjen IKFT No. 9 Tahun 2021,” tegas Khayam.
Ia berharap, beberapa perusahaan itu dapat terus memanfaatkan mesin dan peralatan yang telah diinvestasikan guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas produk demi kemajuan perusahan dan industri tekstil pada umumnya.
“Kami akan melanjutkan program ini di tahun 2022 dan di tahun-tahun mendatang untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri TPT. Sekaligus memberikan sinyal positif bagi industri yang akan berinvestasi,” tutur dia.