EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengatakan bulan depan pemerintah akan memulai membangun kawasan industri hijau di Kalimantan. Ia menjelaskan, kawasan industri hijau ini nantinya akan berbasis energi hijau bersumber dari PLTA.
"Bulan depan kami akan ground breaking pembangunan kawasan industri hijau. Ini nanti, sumber energinya dari PLTA. Nanti grid dan transmisinya juga khusus. Jadi investor yang mau bangun industri disini lebih antusias karena bisa dapat label green product," ujar Jokowi dalam pembukaan IndoEBTKEConnect, Senin (22/11).
Jokowi menjelaskan saat ini banyak investor yang antre untuk membangun industri di Indonesia. Apalagi, ketika sumber energinya berbasis energi bersih. Karena, saat ini para industri berlomba untuk mendapatkan sertifikat hijau agar bisa menjual hasil produksinya lebih tinggi nilainya dibandingkan produksi dari industri yang berbahan baku fosil.
"Ini saya minta carikan investornya. Nanti grid-nya gak usah masuk ke grid PLN. Kita bangun grid sendiri yang nantinya langsung masuk ke industrinya," ujar Jokowi.
Rencananya, tahap pertama kawasan industri hijau ini akan dibangun terlebih dahulu PLTA dengan kapasitas 13.000 MW yang bersumber dari aliran sungai Kayan. "Kalau ini jalan, kedepannya pasti lebih mudah. Tapi kalau ini saja tidak jalan. Ya kita nggak bisa mengharapkan global juga nggak mau gratisan atau nombokin gap ini. Nggak mungkin," tambah Jokowi.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat pemanfaatan energi terbarukan saat ini hanya 0,3 persen dari total potensi yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Sahid Junaidi mengungkapkan total potensi energi bersih di Indonesia mencapai 3.64,4 gigawatt yang terdiri dari surya 3.294,4 gigawatt, air, 94,6 gigawatt, bioenergi 56,9 gigawatt, angin 154,9 gigawatt, panas bumi 23,7 gigawatt, dan laut 59,9 gigawatt.
Sedangkan porsi energi bersih yang baru dimanfaatkan saat ini hanya sebesar 10.889 megawatt yang terdiri dari surya 194 megawatt, air 6.432 megawatt, bioenergi 1.923 megawatt, angin 154 megawatt, dan panas bumi 2.186 megawatt."Selain potensi energi terbarukan, beragam potensi energi baru yang ada juga masih belum banyak diketahui, seperti listrik dari nuklir dan hidrogen," ujarnya dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin (22/11).
Sahid mengatakan Indonesia sekarang masih berada di dalam situasi dengan konsumsi minyak bumi lebih besar daripada produksi, sehingga meningkatkan kebutuhan akan impor minyak yang menyebabkan defisit neraca perdagangan. Menurutnya, pemanfaatan sumber energi alternatif berupa energi baru terbarukan akan menjadi hal yang sangat penting untuk dioptimalkan mengingat potensi yang besar tersebut.
"Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak sebagai bahan bakar ataupun sumber energi konvensional lainnya," ujar Sahid.