EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan tipis nilai tukar petani (NTP) pada bulan November 2021 sebesar 107,18 poin, dari bulan sebelumnya 106,67 poin. Kenaikan NTP tertinggi pada subsektor perkebunan rakyat.
NTP merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, NPT pada subsektor perkebunan rakyat pada bulan lalu tembus 130,28 poin, naik 2,05 persen dari bulan sebelumnya 127,66 poin.
"Kenaikan di subsektor perkebunan karena indeks harga yang diterima petani naik 2,52 persen. Kalau dilihat komoditasnya paling dominan (kenaikan harga) kelapa sawit, kemudian kopi dan kelapa," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (1/12).
Adapun kenaikan tertinggi selanjutnya diikuti oleh NTP di subsektor peternakan sebesar 99,56 poin atau naik 0,56 persen dari sebelumnya 99,01 persen. Kemudian NTP pada subsektor tanaman pangan juga naik 0,13 persen menjadi 99,48 poin dari sebelumnya 99,35 poin.
Adapun NTP yang mengalami penurunan yakni pada subsektor hortikultura. Margo menyampaikan NTP petani hortikultura hanya 96,54 poin pada November 2021. Itu anjlok 2,92 persen dari posisi Oktober 99,45 poin. Selain itu subsektor perikanan juga turun 0,16 persen menjadi 105,11 dari bulan Oktober sebesar 105,28 poin.
Diketahui, harga minyak sawit sedang dalam tren kenaikan bahkan tembus hingga 1.200 dolar AS per metrik ton. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Joko Supriyono menuturkan permintaan minyak sawit terus mengalami kenaikan.
Hal itu salah satunya didorong oleh penggunaan sawit sebagai bahan bakar B30 untuk kendaraan bermotor. Selain itu, permintaan minyak sawit yang tinggi juga sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri menyampaikan seiring dengan kenaikan NTP, Kementan terus memacu produksi yang dilakukan para petani dengan penggunaan alsintan dan teknologi.
Ia menuturkan, sektor pertanian di tengah pandemi ini selalu menunjukkan kontribusi positif. Dia mengklaim itu karena kebijakan dan intervensi dari hulu sampai hilir yang tepat dan membuahkan hasil yang menggembirakan.
"Secara konsisten pemerintah melalui Kementan terus menjaga di hulu dengan penyediaan bibit dan alsintan yang tepat. Sedangkan di hillir kebijakan stabilitasi stok dan harga, dimainkan dengan baik di lapangan," kata dia.