EKBIS.CO, JAKARTA--Tanoto Foundation berkolaborasi dengan Sustainable Development Goals (SDGs) HUB dan LPEM FEB Universitas Indonesia menyelesaikan rangkaian Program Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebijakan Pendidikan Berkualitas yang berbasis SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Program yang berjalan sejak Juli hingga November 2021 ini, melahirkan 15 kabupaten/kota sebagai SDGs Champions dalam menyusun peta jalan pendidikan berkualitas yang berkelanjutan di daerahnya masing-masing.“Program ini diharapkan membantu pemangku kepentingan di daerah dalam menyusun perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan berkualitas yang relevan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan," jelas M. Ari Widowati, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation ketika membuka graduation event SDGs Champion, Rabu (1/12).
Menurut Ari, para peserta difasilitasi untuk memperdalam pengetahuan perencanaan pembangunan berkelanjutan pada konteks pendidikan melalui rangkaian lokakarya dan mini-project. Mereka juga didampingi menulis dokumen rencana aksi peningkatan kualitas pendidikan untuk diterapkan di daerahnya masing-masing.
Permasalahan pendidikan masih seragam
Selama kegiatan lokakarya, peserta telah mengidentifikasi berbagai permasalahan pendidikan di daerahnya masing-masing yang dilanjutkan dengan penyusunan rencana aksi untuk mengatasinya.
Seperti di Kabupaten Karo, menurut Hisyam Siregar perwakilan Bappedda Kabupaten Karo, permasalahan yang dihadapi adalah guru yang berstatus sarjana masih belum memadai.“Guru-guru seniornya sudah terlalu nyaman dengan status yang ada sehingga enggan meneruskan ke tingkat sarjana. Persentase kepala sekolah yang bersertifikat masih rendah,” tambah Hasyim.
Sama halnya dengan permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kutai Kartanegara yang masih kekurangan 1.500 guru di daerahnya.
Emy Rosana Saleh, dari Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara menyebut kekurangan guru tersebut tidak dapat dihindari. Apalagi Indonesia saja menurut data terakhir masih kekurangan satu juta guru untuk periode 2020-2024 mendatang.
Tapi beruntung pihaknya sudah mulai mengatasi kekurangan guru tersebut dengan meningkatkan kompetensi guru dengan menerapkan Program PINTAR. “Awalnya kami menerapkan Program PINTAR pada 12 fasilitator pembelajaran SMP, kemudian berkembang menjadi 60 fasilitator yang direkrut dari guru-guru MGMP. Dari 60 fasilitator itu kemudian disebarkan lagi ke lebih dari 600 guru di Kutai Kartanegara,” tambah Emy.
15 SDGs Champions untuk Pendidikan Berkualitas
Kegiatan ini diikuti perwakilan 25 kabupaten dan kota mitra Tanoto Foundation, dan terpilih 15 daerah sebagai SDGs Champions dalam menyusun peta jalan peningkatan kualitas pendidikan. Kabupaten/kota tersebut yaitu Cilacap, Kendal, Banyumas, Semarang, dan Tegal (Jawa Tengah), Karo dan Pematang Siantar (Sumatera Utara), Sarolangun, Tebo, dan Tanjung Jabung Timur (Jambi), Bengkalis, Dumai dan Siak (Riau), serta Kutai Kartanegara dan Balikpapan (Kalimantan Timur).
Drs. Nyoto Suwignyo, MM, dari Direktorat Jendral Pembangunan Daerah Kemendagri menyampaikan kolaborasi adalah wajib untuk mencapai SDGs. “Dinas Pendidikan tidak dapat bekerja sendiri, Kepala Daerah pun harus dibantu oleh swasta, masyarakat dan mitra pembangunan,” tambah Direktur Perencanaan, Evaluasi dan Informasi Pembangunan Daerah ini.
Khoironurrofik PhD, Wakil Kepala LPEM UI Bidang Pendidikan dan Pelatihan berharap program peningkatan kapasitas berbasis SDGs menjadi suatu bentuk investasi di bidang pendidikan. Dengan membangun sumber daya manusia maka pembangunan lainnya akan mengikuti.“Investasi yang tidak akan pernah rugi adalah investasi di bidang pendidikan sumber daya manusia,” kata Khoironurrofik.