EKBIS.CO, JAKARTA -- Kompartemen Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) menggelar rapat kerja nasional (rakernas) pada Jumat (3/12) di kota Solo. Dalam gelaran tahunan ini, Asbisindo menyusun sejumlah arah pengembangan BPRS ke depan.
Ketua Umum Kompartemen BPRS Asbisindo, Cahyo Kartiko, mengatakan industri BPRS menatap optimistis ke depan dengan menyusun roadmap BPR Syariah tahun 2022-2027. Setidaknya ada tiga pengembangan yang akan dicanangkan sebagai katalisator akselerasi proses pengembangan BPRS di Indonesia.
"Tiga arah ini menjadi bagian penting menatap tahun depan melihat berbagai persoalan dan kebutuhan akan pertumbuhan industri," kata Cahyo, Jumat (3/12).
Tiga arah tersebut terdiri dari penguatan kelembagaan BPR Syariah yang meliputi aspek permodalan, tata kelola dan manajemen Risiko. Kemudian, peningkatan edukasi, literasi dan inklusi, melalui penguatan identitas dan keunikan BPRS, memperluas jangkauan ke masyarakat khususnya UMKM dan pemerataan keberadaan BPRS di Indonesia.
Serta yang terakhir yaitu menghadirkan koneksi ekosistem, infrastruktur & SDI dengan membangun koneksi ekosistem khususnya ekosistem halal, memperkuat infrastruktur khususnya IT & Digitalisasi serta Pengembangan SDI BPR Syariah.
Wakil Ketua Kompartemen BPRS Syahril T Alam mengungkapkan, kinerja industri BPRS menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari Data kinerja BPRS periode Agustus tahun 2021 yang dirilis oleh OJK.
Dari sisi aset, industri BPRS mengalami pertumbuhan 12 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni menjadi Rp 15,73 triliun. Demikian juga dengan Dana Pihak Ketiga serta Pembiayaan yang bertumbuh masing-masing menjadi Rp 10,7 triliun dan Rp 11,25 triliun.
Kinerja keuangan yang lebih baik juga ditunjukkan oleh rasio-rasio tingkat kesehatan bank seperti meningkatnya rasio kemampulabaan, rasio permodalan dan perbaikan pada rasio kualitas aktiva produktif. Syahril berharap pertumbuhan ini terus berkelanjutan dengan dukungan regulasi.
"Dua digit ditahun 2022 dirasa masih bisa dipertahankan melihat optimisme pertumbuhan ekonomi ke depan menuju fase new normal," kata Syahril.