EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mendorong seluruh lini bisnis yang dijalankankan oleh anak perusahaan atau subholding untuk berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca.
Subholding Gas Pertamina yang dijalankan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk memiliki peran besar dalam transisi energi dan program dekarbonisasi dengan kontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca hingga mencapai enam juta ton setara karbon dioksida (C02e). Angka tersebut berasal dari pemanfaatan gas bumi untuk pembangkit listrik sebesar 1.100 BBTUD atau setara 5.600 MW.
Direktur Utama PGN M Haryo Yunianto saat Pertamina Energy Webinar 2021 di Jakarta, Selasa (7/12), mengatakan pihaknya berkomitmen terus menyediakan energi bersih yakni gas bumi bagi masyarakat Indonesia. "Ke depan, kami akan terus meningkatkan peran untuk mendukung pemerintah dalam proses transisi energi dan program dekarbonisasi," katanya.
Menurut dia, pada 2022, Subholding Gas Pertamina akan mulai mengonversi sebanyak 52 pembangkit berbahan bakar minyak di wilayah Indonesia tengah dan timur dengan gas alam cair (LNG). PGN juga telah merencanakan penambahan infrastruktur untuk meningkatkan pemanfaatan energi bersih gas pada 2022. Yakni, pembangunan pipa distribusi sepanjang 32.509 kilometer (km), pipa transmisi 83 km, dan penambahan satu juta sambungan rumah tangga untuk pelanggan gas kota.
Menurut Haryo, pihaknya akan bekerja sama dengan PT KAI (Persero) untuk memanfaatkan stasiun kereta sebagai tempat regasifikasi LNG yang selanjutnya gasnya disalurkan ke rumah tangga dengan pipa. PGN juga akan membangun regasifikasi LNG skala besar di Cilacap dan Teluk Lamong untuk mendukung program tersebut.
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Joko Widi Wijayanto mengatakan sebagai Subholding Kilang dan Petromikimia, pihaknya mempunyai tiga skema transisi energi yakni co-processing, conversion, dan alternatives. Co-processing adalah RBDPO dicampur dengan bahan baku fosil untuk diproses bersama di kilang yang ada. Untuk conversion, 100 persen bahan baku CPO diproses di kilang revamped/modifikasi yang ada. Sedangkan, skema alternatif adalah dengan memanfaatkan sumber alternatif terbarukan seperti minyak goreng bekas, mikroalga, dan green methanol.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jaffee Arizon Suardin mengatakan dalam proses transisi energi ini, sumber minyak bumi masih mempunyai peran penting. "Dalam transisi energi ini, minyak masih tetap diperkukan, sehingga kami terus melakukan upaya peningkatan produksi," katanya.
Menurut Jaffee, sejak alih kelola ke Pertamina pada Agustus 2021, produksi Blok Rokan terus mengalami peningkatan. Pada Agustus, rata-rata produksi mencapai 158 ribu-159 ribu barel per hari dan posisi pada November sudah meningkat menjadi 162 ribu barel per hari.
"Artinya, kita tidak hanya mampu menahan penurunan natural decline, tapi kita mampu meningkatkan produksi," katanya.
Menurut Jaffee, kegiatan pemboran pada 2021 ini mencapai di atas target yang ditetapkan. Dari rencana awal melakukan tajak sumur pemboran sebanyak 44 sumur sampai saat ini sudah terealisasi 114 sumur, lalu untuk rig pemboran dari rencana 9 rig, tercapai 17 rig dan rig WOWS dari 25 terealisasi 29 rig.
"Pada tahun ini, kami berhasil membor 1 sumur setiap harinya dengan biaya lebih efisien 10 persen," katanya.