EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut Indonesia relatif lebih berdaya tahan dalam menghadapi kebijakan pengurangan pembelian obligasi atau tapering Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed dibandingkan dengan negara lain.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini pemerintah masih mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi proses pemulihan ekonomi domestik, terutama kebijakan tapering off dan kenaikan suku bunga acuan di negara maju.
The Fed, bank sentral di Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan akan mempercepat tapering, dengan mengurangi pembelian obligasi dari 15 miliar dolar AS menjadi 30 miliar dolar AS, akibat dari tekanan inflasi yang terus mengalami peningkatan di negara itu.
“Namun ini tidak berarti kita akan kehilangan kewaspadaan karena situasi akan sangat volatile, yang berasal dari penyesuaian kebijakan negara-negara maju sebagai akibat tekanan yang sangat tinggi dari inflasi," ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA November 2021 secara virtual, Selasa (21/12).
Menurutnya seluruh indikator yang dikaji seperti neraca pembayaran, cadangan devisa, utang pemerintah, utang luar negeri, dan inflasi Indonesia menunjukkan kondisi yang belum terdampak kebijakan Fed. Maka demikian berbagai perubahan kebijakan tersebut pasti akan menimbulkan dampak terhadap aliran modal asing, terutama ke negara-negara emerging market dan berkembang.
Dia mencontohkan, Argentina berada pada posisi yang sangat tidak aman dari sisi jumlah utang publik, inflasi, dan utang luar negeri. Oleh karena itu, negara ini akan berada pada posisi yang sangat rentan.
Di negara berkembang, Brasil dan Turki pun berada dalam kategori negara yang rentan akan kebijakan tapering the Fed, dari sisi neraca transaksi berjalan, kebijakan inflasi, dan utang luar negeri. "Negara-negara tersebut sangat rapuh karena hampir semuanya terdampak, seperti neraca pembayarannya, utang pemerintah, cadangan devisa, inflasi, dan utang luar negeri," ucapnya.
Negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia, menurutnya, juga menunjukkan kerapuhan dari segi utang pemerintah dan utang luar negeri akibat pengetatan kebijakan Fed. Maka dari itu, dia mengingatkan agar seluruh pihak bisa mewaspadai faktor di luar Covid-19 tersebut, yang sedang menjadi perhatian seluruh dunia.