Selasa 21 Dec 2021 17:48 WIB

Jangan Terlena dengan Defisit APBN yang Mengecil

Pemerintah diminta mewaspadai kenaikan harga komoditas.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021.
Foto:

Penerimaan negara akan melebihi target APBN

Adapun defisit ini terjadi akibat penerimaan negara tak sebanding dengan belanja negara pemerintah. Tercatat pendapatan negara sebesar Rp 1.699,4 triliun sedangkan posisi belanja negara meningkat sebesar Rp 2.310,4 triliun.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pendapatan negara tersebut berasal dari pajak sebesar Rp 1.082,6 triliun, Kepabean dan Cukai sebesar Rp 232,3 triliun, dan penerimaan bukan negara pajak (PNBP) sebesar Rp 382,5 triliun.

“Ini yang paling penting ditunjukkan oleh pajak kenaikan penerimaannya pertumbuhannya naik terus dari 15 persen (bulan Oktober) ke 17 persen, sehingga total penerimaan negara juga tubuhnya semakin kuat menjadi 19,4 persen,” ucapnya.

Dia pun memperkirakan, sampai akhir tahun seluruh penerimaan negara akan melebihi target APBN, sehingga akan mendapatkan sisi positif dari pendapatan negara. "Masih ada dua minggu kita lihat hingga dengan dua minggu terakhir ini penerimaan bidang pajak, bea cukai semuanya pasti sangat kuat dan kita akan lihat nanti pada akhir bulan ini," ucapnya.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai sektor pertambangan menjadi penopang penerimaan pajak sebesar Rp 1.082,6 triliun pada November 2021. Tercatat sektor pertambangan seperti komoditas batu bara dan sawit tumbuh signifikan selama tahun ini.

“Dua komoditas utama Indonesia, batubara dan juga sawit selama 2021 mengalami peningkatan yang relatif signifikan. Maka tidak heran, pertumbuhan penerimaan sektor pertambangan menjadi sektor dengan pertumbuhan penerimaan pajak terbesar sampai November 2021,” ujarnya kepada Republika.co.id.

Jika mengukur penerimaan pajak tahun lalu, kata Yusuf, penerimaan pajak tahun ini relatif lebih tinggi. Hal ini tidak terlepas dari proses pemulihan ekonomi yang memang jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. 

Disamping itu, meskipun terjadi gelombang kedua pada medio Juli dan Agustus kemarin, ternyata  tidak berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian karena pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh level positif pada kuartal III 2021.

“Penopang pertumbuhan ekonomi kuartal III, ditopang oleh investasi dan juga ekspor yang masih bisa tumbuh level yang relatif tinggi,” ucapnya.

Dari sisi ekspor, menurutnya,  volume peningkatannya tidak terlepas juga dari kenaikan harga komoditas yang mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun ini.

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement