EKBIS.CO, JAKARTA -- Tahun 2021 diyakini akan menjadi tahun pemulihan ekonomi, usai tahun sebelumnya seluruh dunia, termasuk negeri ini, diobrak-abrik oleh pandemi. Di pasar modal, sempat menyentuh level hingga di bawah 4.000, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan bangkit hingga bertengger nyaris menyentuh level 6.000 pada akhir tahun lalu.
Meneruskan tren positif, IHSG awal tahun langsung bergerak naik menembus ke atas 6.000 dan bahkan pada pertengahan Januari dengan gesitnya mampu mencapai level 6.435, meski kemudian anjlok lagi hingga 5.862 di penghujung bulan.
Walau demikian, setelah itu dalam bulan-bulan selanjutnya IHSG mayoritas selalu bergerak di kisaran level 6.000 hingga 6.250. Varian Delta yang benar-benar menjadi momok menakutkan pada Juli pun hanya membuat IHSG turun sedikit di bawah level 6.000.
Sejak Oktober, IHSG mulai berani bergerak menanjak. Sejak medio bulan yang sama hingga jelang tutup tahun ini, IHSG terus berada di atas level 6.500 dengan catatan pencapaian level tertinggi baru dalam sejarah pasar modal yaitu 6.723,39 pada 22 November 2021. Per hari ini, Selasa (28/12), IHSG berada di level 6.600.
Sejalan dengan pertumbuhan IHSG, jumlah perusahaan yang melantai di bursa melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini pun telah melampui realisasi tahun lalu. Sampai dengan 20 Desember 2021, sudah ada 54 perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di bursa dengan perolehan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 62,61 triliun dibandingkan 2020 yang mencapai 51 perusahaan dengan total penghimpunan dana Rp 55,8 triliun.
Perusahaan rintisan berstatus unicorn PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi PT Daya Mitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menjadi perusahaan yang meraih dana segar dari IPO yang terbesar pertama dan kedua sepanjang 2021. Dana yang berhasil diperoleh masing-masing mencapai Rp 21,9 triliun dan Rp 18,79 triliun.
Sedangkan dalam daftar atau pipeline saham bursa, hingga saat ini masih ada 25 perusahaan lagi yang berencana untuk mencatatkan sahamnya di BEI. Momentum pemulihan ekonomi nasional tampaknya turut mendorong korporasi untuk melakukan penggalangan dana di pasar modal domestik pada tahun ini.
Selain IPO, penggalangan dana yang berasal dari Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue juga menunjukkan angka yang relatif tinggi pada 2021 yaitu mencapai Rp 163,18 triliun. Nilai right issue terbesar dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 98,9 triliun.
Di sisi lain, jumlah investor di pasar modal kian melonjak. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 17 Desember 2021, jumlah investor pasar modal Indonesia sepanjang 2021 mencapai 7,3 juta Single Investor Identification (SID) atau naik 89,58 persen. Jumlah tersebut terdiri dari 3,41 juta investor yang memiliki aset saham (meningkat 101,19 persen), 6,71 juta investor yang memiliki reksa dana (naik 111,29 persen), dan 607 ribu investor yang memiliki aset Surat Berharga Negara atau SBN (meningkat 31,96 persen).
Pembatasan sosial akibat pandemi tampaknya membuat masyarakat memiliki lebih banyak waktu untuk bertransaksi di pasar modal. Jumlah investor aktif harian naik signifikan dari sebelumnya sekitar 94 ribu investor kini telah mencapai lebih dari 200 ribu investor. Menariknya lagi, sebanyak 99,5 persen dari total investor di pasar modal saat ini merupakan investor ritel yang didominasi generasi milenial dan generasi Z.
Pada 2022, prospek dan penggalangan dana di pasar modal domestik diyakini akan lebih baik dibandingkan 2021. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Organisasi Regulator Mandiri atau SRO pasar modal juga terlihat lebih adaptif terhadap perkembangan bisnis dan industri perusahaan-perusahaan di Tanah Air.