EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan stok pangan selama periode Natal dan tahun baru kali ini masih aman. Meski demikian, ia mengakui selama moment tertentu terjadi dinamika pada kondisi pangan, seperti kenaikan harga.
"Ketersediaan pangan kita di 11 komoditi bahkan 12 cukup tersedia. Bahwa ada momen-momen tertentu ramadhan, Idulfitri, Iduladha, Nataru ada dinamika tapi ketersediaan sudah cukup," kata Syahrul di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (30/12).
Menanggapi kenaikan harga berbagai komoditas pangan saat ini, Syahrul mengatakan hal tersebut hanya terjadi di beberapa daerah saja. Namun, pemerintah akan melakukan operasi pasar untuk menurunkan harga sejumlah komoditas pangan. Ia juga mengaku siap membantu Kementerian Perdagangan.
"Tentu yang ke depan itu lakukan operasi pasar, Mendag kami backup. Stok nasional aman, ada dinamika pada kota-kota tertentu saja. Ini hari saya akan coba lakukan intervensi backup kementerian lain," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, indeks inflasi terutama untuk komoditas pangan volatile food sebesar 0,86 persen year to date pada November. Artinya, lanjutnya, harga seluruh barang masih terhitung normal.
Kendati demikian, ia tak memungkiri terdapat sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga, seperti minyak goreng, cabe, dan juga telor.
"Yang minyak goreng kita sudah intervensi 11 juta liter akan kita gelontorkan di 14 ribu supaya tercapai daya beli masyarakat. Pada saat bersamaan kami dengan koordinasi Kemenkoperek akan beri subsidi dari BPDPKS, sedang dalam proses karena kita sudah uji coba mekanisme subsidi," jelas Lutfi di Kompleks Istana Presiden.
Lebih lanjut, Lutfi memaparkan, harga telor dari Januari hingga Desember masih di bawah acuan Kemendag yakni rata-rata Rp 24 ribu. Namun, ia mengakui terjadinya kenaikan harga telor di akhir tahun ini.
Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan mengingat banyak hotel, restoran, dan juga katering yang kembali beroperasi. Selain itu, kenaikan harga telor juga dipengaruhi oleh adanya program bantuan sosial dari pemerintah. Ia pun yakin, harga telor ini akan kembali normal pada Januari mendatang.
"Dan ini yang penting karena bantu petani juga. Sekarang ini yang kita sedang kerjakan. Jadi nanti pada bulan Januari akan turun normal lagi. Sekarang mereka ambil keuntungan. Tapi jika diambil garis lurus harga telur masih di bawah harga kecukupan petelur jual. Jadi kita kasian," jelasnya.
Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan mahalnya sejumlah harga bahan pokok menjelang pergantian tahun. Ia menilai, kenaikan harga bahan pangan secara bersamaan pada pergantian tahun baru pertama kali terjadi.
Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga yakni telur ayam, cabai rawit, hingga minyak goreng. Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri, mengatakan, situasi kenaikan harga saat ini diluar dugaan.
"Ini cukup mengagetkan masyarakat khususnya para ibu dan ini membuat kita semua menjadi sulit menghadapi perpindahan tahun," kata Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri kepada Republika, Selasa (28/12).
Pada komoditas telur ayam, Mansuri mengatakan harga biasanya sekitar Rp 23 ribu - Rp 24 ribu per kilogram (kg). Namun, hingga saat ini harga bahkan tembus hingga Rp 30 ribu per kg.
Sementara itu, untuk harga cabai rawit merah, telah menembus lebih dari Rp 100 ribu per kg. Kenaikan harga saat ini mengulang kejadian yang terjadi pada pergantian tahun yang lalu.
Menurut dia, kenaikan harga disebabkan oleh kondisi curah hujan yang tinggi serta tingginya permintaan. Itu membuat hukum penawaran dan permintaan menjadi tidak seimbang. Mansuri pun meminta agar pemerintah membuat grand design khusus cabai rawit agar wilayah produksinya dapat diperbanyak."Tahun lalu harga Rp 100 ribu, tapi ini kembali terjadi bahkan lebih tinggi," ujarnya.
Adapun untuk harga minyak goreng sudah terjadi kenaikan harga dalam waktu cukup lama. Kenaikan harga yang saat ini mencapai lebih dari Rp 18 ribu per liter baru kali pertama terjadi.
Diakui kenaikan harga itu memang murni terjadi akibat tingginya harga minyak sawit (CPO) yang merupakan bahan baku minyak goreng. Namun, Ikappi meminta agar pemerintah melakukan upaya menurunkan harga bagi masyarakat.