Singgih menambahkan, nantinya BIJB sebagai pusat logistik juga akan mendukung kawasan Rebana Metropolitan. Kawasan tersebut dikembangkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi di wilayah Timur Laut Jawa Barat.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menginginkan BIJB dapat menjadi pusat kegiatan logistik dan MRO. “Kita harus gencar mensosialisasikan barang-barang apa saja yang bisa dikirim lewat Bandara Kertajati dan juga keunggulan biaya yang lebih efisien,” tutur Budi.
Budi mendorong pengelola BIJB untuk berkomunikasi dengan para perusahaan kargo internasional. Misalnya, lanjut dia, dari Dubai, Hongkong, dan negara lainnya agar pergerakan angkutan kargo terus meningkat.
“Perlu dilakukan presentasi ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memperkenalkan BIJB kepada calon investor yang memiliki sejumlah keunggulan, salah satunya mampu didarati pesawat wide body. Kita juga perlu memetakan potensi investasi di sekitar bandara ini,” jelas Budi.
Terkait optimalisasi pemanfaatan fasilitas pemeliharaan pesawat (MRO), Budi mengajak pengelola BIJB untuk berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pemerintah daerah, dan instansi terkait lainnya. Budi menekankan, BIJB dapat digunakan untuk pemeliharaan pesawat pemerintah.
Saat ini, Bandara Kertajati dimiliki oleh PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 83,20 persen dam PT Angkasa Pura II (Persero) sebesar 14,62 persen, Koperasi Jabar memiliki saham 1,54 persen, dan PT Jasa Sarana dan 0,64 persen. Selain itu, AP II juga bertindak sebagai operator BIJB.