Rabu 12 Jan 2022 10:47 WIB

Antisipasi Laju Inflasi, The Fed Pertimbangkan Naikkan Suku Bunga Acuan

Kenaikan inflasi dinilai The Fed mempersulit keluarga berpenghasilan rendah di AS.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Chairman Bank Sentral AS, Federal Reserve, Jerome Powell.
Foto: Brendan Smialowski/Pool via AP
Chairman Bank Sentral AS, Federal Reserve, Jerome Powell.

EKBIS.CO,  WASHINGTON -- Gubernur bank sentral Amerika Serikat The Fed, Jerome Powell memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dapat mempersulit pemulihan pasar tenaga kerja. Powell mengatakan pada Selasa (11/1/2022), bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang direncanakan jika diperlukan untuk membendung lonjakan harga.

Biaya rumah tangga di AS kini diperas oleh biaya yang lebih tinggi untuk makanan, gas, sewa, mobil dan banyak lainnya. The Fed berada di bawah tekanan untuk mengendalikan inflasi tersebut dengan menaikkan suku bunga agar memperlambat pinjaman dan pengeluaran.

Baca Juga

Pada saat yang sama, ekonomi telah cukup pulih sehingga kebijakan suku bunga ultra-rendah Fed dinilai tidak lagi diperlukan. "Jika kami harus menaikkan suku bunga lebih banyak lagi dari waktu ke waktu, kami akan melakukannya," kata Powell dalam sidang Komite Perbankan Senat, dilansir AP.

Ini tantangan berat bagi Powell yang juga sedang mempertimbangkan pencalonannya untuk masa jabatan empat tahun kedua. Jika dia dikonfirmasi untuk masa jabatan baru, maka ia harus menjawab tantangan tersebut dari senator Demokrat dan Republik.

Mereka menekannya untuk menaikkan suku bunga guna mengurangi inflasi, namun tanpa membebani biaya pinjaman sehingga ekonomi tidak jatuh ke dalam resesi. Pejabat Fed telah memperkirakan tiga kenaikan suku bunga acuan jangka pendek tahun ini.

Meskipun beberapa ekonom memprediksi sebanyak empat kenaikan pada tahun 2022. Pencalonan Powell diharapkan akan disetujui oleh komite dalam beberapa minggu mendatang dan kemudian dikonfirmasi oleh Senat penuh dengan dukungan bipartisan.

Pada sidang Selasa, ia mendapat komentar yang sebagian besar adalah dukungan dari para senator dari kedua belah pihak. Sebagai anggota partai Republik yang pertama kali diangkat oleh Presiden Donald Trump, Powell juga telah dipuji oleh banyak anggota Demokrat karena bertahan dengan kebijakan tingkat sangat rendah selama 18 bulan terakhir.

Dalam pernyataannya, Powell menyangkal komentar dari beberapa senator Demokrat bahwa kenaikan suku bunga dapat melemahkan perekrutan tenaga kerja. Mereka menyebut itu berpotensi membuat banyak orang, terutama berpenghasilan rendah dan orang kulit hitam Amerika, tanpa pekerjaan.

Kenaikan suku bunga Fed biasanya meningkatkan biaya pinjaman pada banyak pinjaman konsumen dan bisnis. Sehingga dapat memiliki efek memperlambat perekonomian.

Tetapi Powell berpendapat bahwa kenaikan inflasi yang terus berlanjut juga merupakan ancaman bagi target The Fed untuk mengembalikan masyarakat ke pasar tenaga kerja. Keluarga berpenghasilan rendah sangat dirugikan oleh lonjakan inflasi.

"Inflasi yang tinggi merupakan ancaman berat bagi pencapaian penyerapan tenaga kerja yang maksimal," ujarnya.

Powell mengatakan ekonomi harus tumbuh untuk waktu yang lama agar sebanyak mungkin orang Amerika kembali bekerja. Mengontrol inflasi sebelum mengakar diperlukan untuk menjaga ekonomi berkembang.

Jika harga terus naik, The Fed dapat dipaksa untuk mengerem lebih keras dengan menaikkan suku bunga secara tajam dan akhirnya mengancam tenaga kerja dan pertumbuhan. 

Inflasi tinggi dan pemulihan yang kuat akan membutuhkan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga setidaknya tiga kali tahun ini. "Rencana dimulai segera setelah Maret, dan menjamin pengurangan cepat kepemilikan aset Fed untuk menarik kelebihan uang tunai dari sistem keuangan," kata Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic pada Senin (10/1/2022).

"Powell membantah komentar hawkish dari orang lain di komite penetapan suku bunga Fed, menunjukkan bahwa keputusan pengetatan kuantitatif akan datang dalam dua hingga empat pertemuan berikutnya, dengan obligasi diizinkan untuk bergulir secara organik, sebagai lawan dari menjual sekuritas secara aktif ke pasar," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto.

"Ini mengangkat selera risiko global dan memacu aliran ke mata uang yang sensitif terhadap imbal hasil seperti dolar Kanada."

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,32 persen pada 95,627. Dolar Kanada naik sekitar 0,8 persen terhadap greenback.

Sementara indeks dolar telah didukung dengan baik dalam beberapa pekan terakhir oleh gagasan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif tahun ini, dolar telah berjuang untuk menembus di atas tertinggi 16-bulan yang disentuh akhir November.

Pedagang telah meningkatkan taruhan untuk kenaikan suku bunga tahun ini setelah risalah bank sentral AS dari pertemuan kebijakan 14-15 Desember menyatakan kenaikan suku bunga lebih awal dari perkiraan dan kemungkinan bahwa bank sentral dapat memotong kepemilikan obligasi lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang. 

Pada Selasa (11/1/2022), dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,6 persen, dibantu oleh data yang menunjukkan penjualan ritel melampaui perkiraan untuk bulan kedua berturut-turut pada November. Sterling menguat 0,36 persen, menyentuh level tertingginya terhadap dolar dalam hampir 10 minggu, dibantu oleh ekspektasi bahwa bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Di tempat lain, bitcoin terangkat 2,4 peren menjadi 42.839,43 dolar AS, setelah turun di bawah 40.000 dolar AS pada Senin (10/1/2022) untuk pertama kalinya sejak September.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement