EKBIS.CO, JAKARTA -- Pada akhir 2021, diperkirakan total penjualan non fungible token (NFT) secara global telah mencapai lebih dari 25 miliar dolar AS atau Rp 385 triliun. Data ini berdasarkan data pelacak pasar DappRadar.
Nilai ini begitu tinggi lantaran popularitas NFT melambung. Dilansir dari Reuters, Rabu (12/1/2022), penjualan NFT pada 2020 hanya 94,9 juta atau Rp 1,3 triliun.DappRadar mengumpulkan data di sepuluh blockchain yang berbeda, yang digunakan untuk merekam siapa yang memiliki NFT.
Pada Desember 2021, NFT yang mengenang suntingan pertama pendiri Wikipedia Jimmy Wales pada sumber referensi online 20 tahun lalu dan komputer yang dia gunakan saat memprogram platform terjual pada lelang Rabu (15/12/2021). Keduanya terjual dengan total hampir satu juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 14,3 miliar.
Rumah lelang Christie’s menjual NFT yang merupakan objek digital unik dan memberikan kepemilikan melalui teknologi blockchain- seharga 750.000 dolar AS atau Rp 10,7 miliar dan Strawberry iMac seharga 187.500 dolar AS atau Rp 2,6 miliar.
SMS pertama yang pernah dikirim melalui ponsel pada 1992 dijual pada Selasa (21/12) sebagai Non-Fungible Token (NFT). NFT tersebut dilelang seharga 107.000 euro atau sekitar Rp 1,7 miliar.
Pembeli, yang identitasnya tidak diungkapkan tetapi merupakan warga Kanada yang terlibat dalam sektor teknologi, kini menjadi pemilik replika digital unik dari pesan SMS pertama dalam bentuk NFT.
Mantan ibu negara Amerika Serikat (AS) Melania Trump juga mulai merambah ke bisnis teknologi blockchain dengan meluncurkan non-fungible token (NFT).
"Melalui platform berbasis teknologi baru ini, kami akan memberikan keterampilan ilmu komputer kepada anak-anak,” kata Melania dikutip dari Reuters, Kamis (16/12/2021).
Dia menuturkan, hal tersebut juga termasuk pemrograman dan pengembangan perangkat lunak. Saat ini dipastikan, platform NFT tersebut menggunakan blockchain Solana dan akan menerima token asli proyek dan pembayaran kartu kredit melalui MoonPay.