EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggenjot produktivitas perikanan budi daya dalam negeri. Selain menggagas program terobosan, KKP juga mendukung pengembangan perikanan budidaya yang diinisiasi oleh masyarakat pembudidaya, organisasi, maupun pihak swasta dalam mendorong peningkatan produktivitas tersebut.
Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono usai menyaksikan penandatangan kesepakatan bersama (MoU) antara Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dengan Norway Connect, organisasi yang memfasilitasi perusahaan-perusahaan asal Norwegia yang akan melakukan aktivitas bisnis di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Selain itu, ada juga MoU antara PT Multidaya Akuakultur Indonesia dengan Seven Stones Indonesia (SSI), perusahaan yang berorientasi dukungan on boarding untuk perusahaan Nordik dan lokal yang ingin memasuki pangsa pasar Indonesia atau pangsa pasar Eropa dari Indonesia. Penandatangan MoU berlangsung.
Trenggono mengapresiasi inisiasi kerja sama yang dapat memberikan kontribusi berupa perumusan kebijakan budidaya berkelanjutan yang memperhatikan kesehatan laut, melibatkan masyarakat atau pembudidaya lokal dalam pembangunan atau pengembangan budidaya, mendorong inovasi teknologi dan industrialisasi, menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan inovasi bisnis, serta, melibatkan kaum muda dalam pengembangan startup.
"Kerja sama dalam rangka pengembangan perikanan budidaya di Tanah Air tersebut menjadi bentuk upaya penguatan hubungan Indonesia dengan Norwegia di bidang kelautan dan perikanan," ujar Trenggono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (13/1/2022).
Trenggono menyebut Norwegia memiliki teknologi budidaya mumpuni yang dapat diadopsi oleh para pembudidaya di Indonesia sehingga produk yang dihasilkan meningkat volume dan kualitasnya. Dia sampaikan KKP sendiri memiliki dua program terobosan untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya di Indonesia, meliputi pengembangan perikanan budidaya yang berorientasi ekspor, dengan komoditas unggulan antara lain udang, lobster, kepiting, serta rumput laut, serta pembangunan kampung perikanan budidaya sesuai dengan kearifan lokal untuk pengentasan kemiskinan sekaligus menjaga kepunahan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi.
"Saya yakin program terobosan pemerintah yang berlandaskan konsep ekonomi biru ini dapat berhasil jika didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk MAI. Semoga kerja sama ini juga dapat terjalin dengan baik dalam mendukung pengembangan industri akuakultur Indonesia," ungkap Trenggono.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia HE Rut Krüger Giverin turut mengapresiasi kerja sama yang terjalin. Dia percaya, kesepakatan bersama tersebut akan membantu peningkatan pengembangan budidaya di Indonesia.
"Norwegia siap berbagi pengalaman dengan Indonesia, baik di bidang teknologi, praktik budidaya, maupun pasar," ujar Krüger.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia Rokhmin Dahuri menjelaskan adanya potensi investasi sebesar 35 juta dolar AS dari MoU tersebut, khususnya untuk komoditas budidaya unggulan, seperti udang vaname, kerapu dan baramundi.
Selain itu, juga akan ada dukungan untuk program ekonomi biru, di antaranya penanam mangrove, rehabilitasi terumbu karang, serta pengembangan kegiatan budidaya skala rakyat. "Kerja sama ini bagaimana Indonesia menjadi prdusen akuakultur terbesar di dunia sebagaimana yang ditargetkan oleh Bapak Menteri. Dan terima kasih kepada Bapak Menteri yang selalu mendukung pengembangan akuakultur di Indonesia," ungkap Rokhmin.