Jumat 14 Jan 2022 21:32 WIB

Pengamat: Investasi Emas ANTAM Tetap Kompetitif di 2022

Pada 2022 investasi emas masih menarik meski secara global terdapat berbagai tekanan

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia ANTAM, Sarinah, Jakarta,Kamis (25/10).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia ANTAM, Sarinah, Jakarta,Kamis (25/10).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Investasi emas Antam dinilai masih tetap kompetitif sepanjang 2022. Walaupun dalam perjalanannya,nanti akan ada batu sandungan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi dunia seiring melandainya badai pandemi covid.

Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi dunia akan membuat harga emas tertahan. Itu hal biasa, karena harga emas di Indonesia ditentukan oleh harga emas Bank Dunia dan dipengaruhi oleh suku bunga si Amerika Serikat sebagai negara adidaya.

Hanya saja menurut analis Pasar Ariston Chendra untuk investasi emas ANTAM sendiri tetap akan menarik,karena nama besar dan brand. Terlebih lagi mengawali  tahun 2022, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam mengalami kenaikan yang cukup tajam.

Diakui, bahwa sepanjang 2021 harga emas Antam mengalami pelemahan mengikuti emas dunia, tetapi di tahun ini investor ritel optimistis emas akan kembali melesat terutama emas ANTAM.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan naik Rp 7.000/gram. Emas dengan berat 1 gram dijual Rp 945.000/batang, secara persentase naik 0,75 persen.

Dari data tercatat,  PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9 persen bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45 persen dengan NPWP.

Menurut  Ariston,  banyak bank investasi memproyeksikan harga emas dunia akan berada di kisaran  1.800 dolar AS per troy ons hingga 2.000 dolar AS per troy ons di tahun ini. Faktor utama yang menggerakkan emas masih suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Yang menarik kata dia, emas masih tetap menguat dalam dua hari perdagangan terakhir meski bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022.

Kenaikan suku bunga bisa memberikan dampak negatif terhadap emas, tetapi spekulasi kenaikan di kurang dari 3 bulan ke depan belum mampu membuat harga emas rontok.

Sehingga, hal tersebut bisa menjadi kabar baik, yang bisa menjadi sinyal emas akan kuat menahan kenaikan suku bunga dan melaju di tahun ini. Inflasi yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mendukung hal tersebut. Jika prediksi kenaikan emas dunia tersebut jitu, maka harga emas ANTAM juga akan terkerek naik. 

Jadi intinya, pada 2022, emas masih menarik meskipun secara global terdapat berbagai tekanan baik dari tapering AS dan juga kenaikan suku bunga."Melihat adanya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga 2-3 kali. Untuk 2022, emas masih terlihat akan terus menarik, karena sifat emas yang merupakan aset berisiko kecil dan juga sebagai alternatif investasi," ujarnya.

Menurut dia, di 2022, harapan pasar terhadap The Fed terlihat cukup tinggi, dengan penyelesaian stimulus akan berjalan lebih cepat ditambah dengan perubahan suku bunga hingga 3 kali sampai akhir tahun 2022.

Adanya kenaikan suku bunga ini, biasanya akan membuat obligasi menjadi menarik karena memberikan kupon yang lebih baik dibandingkan emas."Dengan demikian, untuk aset emas, pergerakan harganya akan menjadi lebih menarik baik bagi para pencari harga emas murah maupun bagi para pelaku pasar yang memanfaatkan fluktuasi harga," jelas dia.

Dia menambahkan,  harga emas menurun di sepanjang tahun 2021 karena ekonomi global mulai pulih. Bahkan, beberapa negera mulai bangkit dari keterpurukan dampak pandemi Covid-19. Alhasil, peran emas sebagai aset safe haven jadi tersingkirkan dan pelaku pasar beralih pada aset berisiko. 

Pemulihan ekonomi global juga memicu kenaikan suku bunga acuan yang membuat imbal hasil obligasi naik. "Kenaikan suku bunga menjadi isu negatif bagi emas yang merupakan aset tanpa memberikan bunga," kata dia. 

Di satu sisi, pemulihan ekonomi  bisa menimbulkan inflasi dan emas cocok sebagai aset lindung nilai dari inflasi. Alhasil pelemahan harga emas berpotensi tertahan. Apalagi, masih ada ketidakpastian dari berbagai varian baru Covid-19. Jika harga emas menguat, tidak akan setinggi seperti di 2020.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement