Senin 17 Jan 2022 08:56 WIB

Sektor Pangan Berkontribusi Besar ke Ekonomi, Bagaimana dengan Industri Gula?

Industri gula masih hadapi persoalan rendahnya produksi dan pendanaan

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) saat meninjau PT Industri Gula Glenmore (IGG) yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII di lahan seluas 102,4 ha di Desa Karang Harjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi. Industri gula masih hadapi persoalan rendahnya produksi dan pendanaan
Foto:

Dalam penguatan ketahanan pangan khususnya pada industri gula di Indonesia, Arief menambahkan hasil rumusan dengan para pelaku industri gula perlu dukungan dari lembaga riset dalam pengembangan varietas unggul sesuai tipologi lahan yang memiliki potensi produktivitas dan rendemen yang tinggi disertai program sosialisasi dan pemberian insentif kepada pabrik gula dan petani untuk melakukan perubahan varietas sesuai rekomendasi hasil uji.

Selain dukungan lembaga riset, ucap Arief, perlu dikembangkan aplikasi sistem berbasis teknologi digital untuk memperkirakan produksi dan permintaan gula, produksi tanaman tebu dengan dukungan citra satelit dan citra drone di setiap tahap pertumbuhan tanaman di seluruh wilayah Indonesia dengan mempertimbangkan pengaruh cuaca dan iklim.

Sementara itu, Direktur Komersial ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan sebagai salah satu BUMN yang bergerak di industri gula, ID Food akan terus melakukan perbaikan kinerja dan pembenahan basic operation, baik di budidaya tebu maupun di pabrik pengolahan.

"Perbaikan ini dilakukan melalui pemurnian varietas penggunaan pupuk berimbang untuk meningkatkan produktivitas tebu perhektar. Perbaikan pada peralatan mesin juga dilakukan berkala untuk tetap menjaga performa giling tebu," ucap Frans.

Frans melanjutkan pada 2021 lalu, PT RNI, PTPN dan BUMN sektor lain seperti BRI, Perhutani, Pupuk Indonesia (PIHC), Askrindo dan Jasindo bersinergi melakukan kegiatan pertanian terpadu, yang melibatkan semua stakeholder di setiap mata rantai, mulai dari pemilihan lahan, jenis komoditi, pendampingan teknis budidaya, permodalan, pemasaran sampai pada asuransi pertanian 

dalam Program Makmur, dengan tujuan peningkatan produktivitas dan perbaikan kualitas produk serta peningkatan kapabilitas petani untuk mencapai kecukupan ketersediaan pangan.

Hasil musim giling tebu pada 2021, kata Frans, RNI mampu menurunkan biaya produksi gula menjadi Rp.9,890 per kg atau turun 6,2 persen dari musim giling 2020. "Pada musim giling 2022 ke depan, kami menargetkan efisiensi biaya produksi gula menjadi Rp 9.300 per kg," lanjut Frans.

 

Frans menyebut efisiensi ini akan dilakukan melalui perbaikan di sisi budidaya untuk meningkatkan potensi rendemen serta serta progran-program perbaikan di bidang tebang dan angkut tebu demikian juga kesiapan pabrik sehingga kelancaran giling dan pasokan tebu terus dapat dioptimalkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement