EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan tujuh alasan Indonesia harus tetap optimistis dan bangkit pada 2022. Menurutnya, berbagai tantangan memang masih ada, baik di tingkat global maupun domestik, namun masih banyak peluang dan sumber pertumbuhan yang perlu dioptimalkan.
"Vaksinasi harus terus digencarkan, optimistis dan bangkit untuk ekonomi kita baik secara nasional maupun daerah," katanya dalam Outlook Pertumbuhan Ekonomi 2022 yang digelar Roemah Tiga, Jumat (4/2).
Alasan pertama, kondisi perekonomian dunia telah pulih. Tidak hanya Amerika Serikat dan China, tapi juga lebih merata ke Eropa, Jepang, hingga India. Pemerataan ekonomi global ini akan membuat harga komoditas kembali normalisasi dan tinggi.
Perbaikan harga komoditas tersebut akan mendorong tingkat ekspor Indonesia. Kasus Covid-19 memang kembali meningkat, disertai dengan risiko stabilitas moneter, gangguan pasokan produk, dan aliran modal asing.
"BI berkomitmen akan menstabilkan nilai tukar, inflasi, dan yield surat utang negara berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, sehingga iklim usaha di dalam negeri tetap baik, pengusaha masih bisa ekspor, impor," katanya.
Kedua, ekonomi Indonesia juga akan membaik dengan tetap adanya peningkatan permintaan dan konsumsi. Perry mengatakan konsumsi retail akan tetap baik dengan stabilitas yang terjaga.
Ini ditunjukan dengan transaksi daring yang terus meningkat. Kenaikan di e-commerce diproyeksi akan naik sekitar 31,2 persen dan uang elektronik sebesar 17,1 persen. Transaksi perbankan digital juga diproyeksi naik 24,8 persen.
Ketiga, semangat kolaborasi pusat dan daerah tetap baik. BI bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan terjaganya program pemulihan ekonomi nasional yang merata, termasuk menggencarkan tingkat vaksinasi.
"Semua bauran kebijakan yang dilakukan KSSK akan berupaya menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi," katanya.
Keempat, BI terus berkoordinasi dengan KSSK untuk meningkatkan sektor-sektor usaha yang pulih. Perry mengatakan, pandemi selama dua tahun telah membawa luka memar bagi korporasi, tak hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia.
Menurutnya, KSSK telah mendata 38 sektor industri prioritas untuk mendorong pertumbuhan. Dari pemetaan yang dilakukan, sebanyak delapan sektor industri telah pulih. Semuanya rata-rata perusahaan berorientasi ekspor.
Perbankan juga sudah menyalurkan pembiayaannya ke sektor-sektor tersebut. Selain itu, sebanyak 15 industri masih setengah pulih. Artinya masih ada kendala di logistik, tata niaga, perpajakan dan lainnya. Sektor ini masih dikoordinasikan untuk mendapatkan bantuan. Sektor sisanya akan tumbuh belakangan, seperti pariwisata dan perhotelan.
Kelima, percepatan digitalisasi akan membantu pertumbuhan. BI telah meningkatkan akseptasi QRIS, BI-Fast, dan juga konektivitas melalui standar open banking.
Keenam, BI akan meningkatkan upaya dalam membangkitkan sektor UMKM yang juga adalah sumber pertumbuhan. Ini dilakukan melalui korporatisasi UMKM sehingga mereka bisa bergerak bersama dan meningkatkan kapasitas daya saing.
"UMKM harus dikembangkan secara berkelompok, sehingga klasterisasi ini akan memudahkan mereka dapat pembiayaan, pembinaan, pendampingan dan lainnya," kata dia.
UMKM binaan BI bahkan telah banyak yang naik kelas dan mendapat akses pasar yang lebih luas hingga keluar negeri. Ketujuh, Indonesia harus memanfaatkan Presidensi G20 dalam hal showcassing promosi Indonesia, komitmen melawan Covid-19 dan lainnya.