EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan tiga isu yang berjalan alot di dalam pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Presidensi G20 Indonesia. Hal ini karena dibutuhkan banyak waktu dapat dilakukan pembahasan dari masing-masing negara, sehingga tercapai suatu kesepakatan bersama.
Pertama, yaitu pembahasan mengenai tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Adanya tensi geopolitik Rusia-Ukraina dikhawatirkan akan membuat laju pemulihan ekonomi dunia menjadi terhambat dan tidak merata.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pembahasan tersebut bagaimana agar aspek geopolitik tidak menjadi hambatan dalam upaya pemulihan ekonomi global yang telah berjalan, namun tidak merata.
“Untuk bisa merumuskan kata-kata seperti ini, itu saja membutuhkan waktu karena tentu saja pada saat yang sama, dalam ruangan ada negara-negara yang sedang di dalam tensi geopolitik tersebut dan untuk merumuskan dibutuhkan sebuah upaya menjembataninya dan alhamdulillah kita bisa mendapatkan kesepakatan,” katanya dalam konferensi pers, Jumat (18/2/2022).
“Oleh karena itu kita perlu menundukkan bagaimana supaya aspek geopolitik ini tidak menjadi isu yang kemudian melemahkan upaya pemulihan ekonomi yang sebetulnya berjalan namun tidak merata,” ucapnya.
Setelah melalui perundingan yang alot, Sri Mulyani menyebut semua anggota G20 akhirnya mencapai kesepakatan dan peran Indonesia sebagai presidensi yang berhasil menjembatani pertemuan tersebut.
“Dan Alhamdulillah kita bisa mendapatkan kesepakatan. Bahwa memang pemulihan ekonomi berjalan, namun kita juga paham tidak merata. Juga ada berbagai unsur atau faktor-faktor yang perlu untuk diperhatikan agar pemulihan itu tetap bisa berjalan baik. Termasuk faktor geopolitik itu tadi,” tandasnya.
Kemudian, agenda yang membutuhkan waktu yang cukup lama dibahas yakni keuangan berkelanjutan, terdapat negara-negara yang siap memberlakukan carbon price, sementara sejumlah negara lainnya belum.
“Finance track apa kontribusinya tanpa undermind? Hal seperti itu kadang terjadi dan kalau ada kesalahpahaman, persepsi, atau pemikiran yg berbeda bisa kemudian kita jembatani sehingga kita bisa mencapai kesepakatan mengenai apa yang penting untuk bisa memajukan agenda sustainable finance,” ucapnya.
Lebih lanjut, pembahasan yang alot dalam pertemuan pertama FMCBG yaitu mengenai negara-negara miskin yang menghadapi masalah utang. Sri Mulyani mengungkapkan ada tiga negara, yaitu Chad, Zambia, dan Ethiopia.
“Tiga negara Afrika tersebut sedang dalam proses negosiasi kondisi utang mereka,” ucapnya.