EKBIS.CO, JAKARTA -- Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBG) menyepakati sejumlah hal dari setiap agenda yang menjadi fokus Presidensi G20 Indonesia. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ia memimpin tiga sesi yang berkaitan dengan arsitektur keuangan internasional.
Pertama, terkait dengan kesiapan sistem moneter internasional untuk mengantisipasi dampak normalisasi kebijakan di negara-negara maju. Khususnya dalam normalisasi di kebijakan moneter.
"Pemulihan perekonomian global terus berlanjut, meskipun dalam jangka pendek harus dihadapkan pada sejumlah permasalahan," katanya dalam konferensi pers FMCBG, Jumat (18/2/2022).
Di antaranya terkait normalisasi kebijakan di sejumlah negara maju, baik di sisi fiskal maupun dari sisi moneter termasuk diantaranya adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Juga ada risiko berkaitan dengan gangguan mata rantai suplai global.
"Selain itu juga ada masalah-masalah tensi geopolitik internasional," katanya.
Di sisi financial arsitektur, G20 sepakat bahwa normalisasi kebijakan itu harus dilakukan secara terukur, terencana, dan terkomunikasi dengan baik. Hal ini dalam rangka mendukung stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan global.
"G20 berkomitmen untuk menerapkan kebijakan normalisasinya yang dikalibrasi secara baik, diperhitungkan secara baik, direncanakan secara baik, dan juga dikomunikasikan dengan baik," katanya.
Hal ini penting agar normalisasi kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara maju itu berdampak minimal pada kondisi pasar uang. Terutama terhadap negara-negara berkembang.
Perry mengatakan, ini penting agar pemulihan ekonomi global berlangsung dalam jangka panjang. Termasuk juga dapat mengatasi dampaknya terhadap kondisi di sektor riil.
Selanjutnya, Perry mengatakan G20 membahas antisipasi dari negara-negara berkembang untuk menerapkan suatu kebijakan makro ekonomi dan sistem keuangan yang sehat. Hal ini terkait dengan pengelolaan lalu lintas arus modal asing.
"Dibahas juga perlunya melakukan kebijakan untuk pengelolaan lalu lintas modal asing, ini penting agar dampak dari pasar keuangan global masih dapat mendukung upaya-upaya aliran masuk modal asing ke negara-negara yang memang membutuhkan untuk pemulihan ekonomi," katanya.
Dari sisi ini juga dibahas perlunya suatu penggunaan diversifikasi mata uang untuk perdagangan dan investasi. Dengan semakin bervariasi akan bisa mendukung ketahanan dari negara-negara berkembang untuk menghadapi global spillover.
Selanjutnya, terkait dengan meningkatkan ketahanan perekonomian dunia. G20 menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat ketahanan perekonomian jangka panjang.
"Untuk itu G20 mendiskusikan upaya untuk meningkatkan pengelolaan aliran modal asing yang berkelanjutan," katanya.
Selain itu juga mendorong untuk mengkaji ulang pemberian dana dari Dana Moneter Internasional (IMF). Ini berkaitan dengan pengelolaan arus modal jangka pendek untuk memitigasi risiko dari pandemi Covid 19.
Selain itu G20 juga berkomitmen untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global dari dana moneter internasional untuk membantu negara-negara yang membutuhkan. Dalam menjaga ketahanannya terhadap gejolak perekonomian global.