Dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian di tengah situasi yang masih tidak menentu, PT Bank BTPN Tbk mampu mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun lalu. Per Desember 2021, kredit yang disalurkan mencapai Rp 135,60 triliun, yang mana segmen Korporasi, Komersial, dan Syariah membukukan pertumbuhan kredit 7% (yoy).
Laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun 2021 tercatat Rp 2,66 triliun, naik 52% (yoy) dari Rp 1,75 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini ditopang oleh beban bunga yang turun sebesar 38% (yoy) dari Rp 5,78 triliun menjadi Rp 3,61 triliun, peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 16% (yoy) dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 1,96 triliun, serta biaya kredit yang lebih rendah sebesar 25% dari Rp 2,80 triliun menjadi Rp 2,11 triliun.
“Pencapaian ini merupakan hasil dari setiap strategi yang disusun dengan penuh pertimbangan guna memastikan nasabah mendapatkan solusi dan layanan perbankan memuaskan. Lebih dari itu, pencapaian ini mencerminkan fundamental yang menguat di tengah kondisi ketidakpastian akibat pandemic Covid-19,” ungkap Ongki Wanadjati Dana, Direktur Utama Bank BTPN dalam Media Briefing Kinerja Bank BTPN yang diadakan secara virtual (24/02/2022).
Penurunan beban bunga yang dicatat Bank BTPN sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan meningkatnya saldo serta rasio Current Account Saving Account (CASA) sehingga berakibat pada penurunan biaya dana, yang tercermin dari menurunnya Biaya Dana Rupiah dari 5,0% di Triwulan IV 2020 menjadi 3,3% di Triwulan IV 2021, sementara biaya kredit tercatat lebih rendah dibanding tahun lalu. “Meskipun begitu, kami selalu melakukan monitoring kualitas kredit nasabah, mengelola restrukturisasi kredit dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit.
Secara operasional, Bank BTPN mencatat kenaikan pada pendapatan operasional lainnya sebesar 16% (yoy) dari Rp 1,69 triliun ke Rp 1,96 triliun, terutama berasal dari peningkatan pendapatan fee, transaksi FX dan produk investasi. Sementara untuk biaya operasional sedikit mengalami kenaikan dibanding tahun lalu sebesar 1% (yoy) menjadi Rp 6,98 triliun.
Di sisi lain, emiten perbankan ini berhasil menjaga kualitas kredit nasabah agar tetap berada di level yang sehat, seperti tercermin dari rasio gross NPL yang berada di level 1,68%, masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,19% pada akhir November 2021.
Secara keseluruhan, dana pihak ketiga bank ini tercatat meningkat sebesar 9% (yoy) dari Rp 100,79 triliun pada akhir Desember 2020 menjadi Rp 109,38 triliun pada akhir Desember 2021. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah CASA sebesar 37% (yoy) dari Rp 27,69 triliun menjadi Rp 37,88 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 27,5% menjadi 34,6%, sementara time deposit turun 2% yoy menjadi Rp 71,5 triliun. Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Bank BTPN berhasil menjaga rasio likuiditas dan pendanaan dalam tingkat yang sehat melebihi ketentuan minimum sepanjang 2021, di tengah tantangan perlambatan ekonomi akibat dampak pandemi COVID-19 yang masih berlanjut. Liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 187,3% dan net stable funding ratio (NSFR) 126,6% pada posisi 31 Desember 2021. Bank BTPN mencatat kenaikan aset sebesar 5% (yoy), dari Rp 183,17 triliun menjadi Rp 191,92 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 26,2%.
“Seiring pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai pihak, kami pun mengambil bagian melalui berbagai insentif dan program untuk membantu nasabah. Kami percaya bisa mempertahankan kinerja baik ini dan semakin memperkuat fundamental guna memberikan kontribusi lebih banyak untuk masyarakat Indonesia,” jelas Ongki.
Swa.co.id