EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia tercatat mengimpor biji gandum sebanyak 8,4 juta ton tahun lalu dengan nilai 2,6 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, Ukraina yang kini terlibat perang dengan Rusia ternyata menjadi salah satu pemasok terbesar gandum untuk Indonesia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) impor biji gandum tanpa cangkang kode Harmonized System (HS) 10019912 dari Ukraina sepanjang 2021 mencapai 2,07 juta ton atau senilai 624,6 juta dolar AS.
Berdasarkan data tersebut, maka volume impor biji gandum dari Ukraina berkontribusu sekitar 23 persen dari total volume impor gandum Indonesia tahun 2021.
Rival Ukraina, Rusia berdasarkan data BPS juga mengekspor gandum ke Indonesia namun dengan kode HS berbeda. Tercatat, sepanjang 2021 impor gandum dan lain-lain kode HS 10019919 sebanyak 2.955 ton dengan nilai 824 ribu dolar AS.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Fransiscus Welirang, mengatakan, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tentunya bisa memberikan dampak pada kenaikan harga gandum dunia yang bisa terasa hingga ke Indonesia.
Meski demikian, Fransiscus mengatakan, tentunya pabrikan tepung terigu di Indonesia akan mengalihkan pasokan impornya ke sejumlah negara jika kenaikan harga gandum dari Ukraina tak terbendung.
"Seperti India, Australia, Kanada, Amerika Serikat, Argentina, dan Brasil atau lainnya," kata Fransiscus kepada Republika.co.id, Jumat (25/2/2022).
Namun, Fransiscus juga menyampaikan, masa panen gandum di Ukraina sejatinya masih cukup lama. Yakni baru masuk pada bulan Agustus-September mendatang.
Harga gandum Ukraina saat ini, berdasarkan laporan International Grains Council (ICG) per 22 Februari 2022 sebesar 295 dolar AS per ton. Harga itu turun tipis 1,3 persen dari 15 Februari 2022 yang sebesar 299 dolar AS per ton.
Namun, harga gandum secara global tetap mengalami kenaikan. Tercatat harga pada waktu yang sama sebesar 300 dolar AS per ton, naik 2,7 persen dari sepekan sebelumnya 292 dolar AS per ton.