Kamis 17 Mar 2022 16:55 WIB

Erick Bakal Terus Pangkas Jumlah Anak Cucu BUMN

Erick menyebut jumlah anak hingga cucu usaha BUMN terlampau gemuk

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku tak hanya merampingkan jumlah BUMN, melainkan juga pada anak hingga cucu usaha BUMN. (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku tak hanya merampingkan jumlah BUMN, melainkan juga pada anak hingga cucu usaha BUMN. (ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku tak hanya merampingkan jumlah BUMN, melainkan juga pada anak hingga cucu usaha BUMN. Erick menyebut jumlah anak hingga cucu usaha BUMN terlampau gemuk, bahkan hingga 800 perusahaan.

"Kita juga sudah tutup anak-cucu BUMN yamg jumlahnya 800, terus kita dorong, sekarang mungkin ada 51 dulu (anak-cucu) Pertamina, Garuda, PLN, dan akan menyusul banyak lagi yang lain. Kita tidak mau pembentukan anak-cucu hanya mengurangi profit BUMN sebagai turunan yang dibentuk hanya menyedot keuntungan (induk usaha)," ujar Erick saat konferensi pers tentang pembubaran BUMN di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Baca Juga

Erick ingin mendorong BUMN memberikan pendapatan sebesar-besarnya untuk negara agar pemerintah dapat menjalankan program  yang membantu masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan. Erick mengatakan seluruh dunia tengah menghadapi ketidakpastian akibat pandemi hingga mengakibatkan terganggunya rantai pasok. Kata Erick, negara tentu memerlukan pasokan dana dari BUMN dalam menjalankan program-program yang membantu masyarakat dalam menghadapi ketidakpastian tersebut.

"Tidak mungkin pemerintah hanya mengandalkan pendapatan berdasarkan pajak saja. Kalau ingat kontribusi kami (BUMN) dari dividen, pajak, itu Rp 377 triliun di 2020 supaya negara kita dalam situasi global yang tidak pasti juga punya fondasi neraca keuangan yang kuat," kata Erick menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement