EKBIS.CO, KOLOMBO -- China menpertimbangkan untuk memberi bantuan kepada Sri Lanka sebesar 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp 36 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar AS). Sri Lanka saat ini sedang menghadapi krisis utang dan mata uang asing.
Duta besar China untuk Sri Lanka, Qi Zhenhong, mengatakan Beijing sedang mempelajari permohonan pinjaman tersebut. Tahun ini, Sri Lanka harus melakukan pembayaran hampir 7 miliar dolar AS untuk pinjaman luar negeri.
Meski demikian, Qi mengatakan tidak akan merestrukturisasi pinjaman China ke Sri Lanka. “Tujuan utama kami adalah untuk memecahkan masalah, tetapi mungkin ada cara berbeda untuk melakukannya,” kata Qi dilansir AP, Senin (21/3/2022).
Kewajiban utang yang cukup besar telah membuat cadangan devisa Sri Lanka berberkurang. Belanja untuk impor yang cukup tinggi juga menyebabkan negara tersebut mengalami kelangkaan obat-obatan, bahan bakar, susu bubuk, gas untuk memasak dan kebutuhan lainnya.
Warga mengalami pemadaman listrik setiap hari karena kekurangan bahan bakar untuk mengoperasikan pembangkit listrik. Sementara cuaca kering telah melemahkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air.
Bank Sentral mengizinkan mata uang lokal beredar bebas awal bulan ini sehingga menyebabkan kenaikan harga yang tajam. Di sisi lain, pandemi telah membuat pemasukan Sri Lanka dari sektor pariwisata turun tajam.
Perekonomian Sri Lanka sangat bergantung pada pariwisata dan perdagangan. Sementara pandemi berpotensi menimbulkan kerugian negara hingga 14 miliar dolar AS selama dua tahun terakhir. Ekonomi diperkirakan mengalami kontraksi 1,5 persen pada Juli-September 2021.
Cadangan devisa Sri Lanka menyusut sebagian karena proyek konstruksi yang dibangun dengan pinjaman China yang tidak menghasilkan uang. China meminjamkan uang ke Sri Lanka untuk membangun pelabuhan dan bandara di distrik Hambantota selatan dan jaringan jalan yang luas.
Bank Sentral mencatat pinjaman yang diberikan China untuk Sri Lanka saat ini berjumlah sekitar 3,38 miliar dolar AS. Jumlah ini tidak termasuk pinjaman kepada badan usaha milik negara, yang diperhitungkan secara terpisah dan dianggap substansial.
Qi mengatakan, sejak pecahnya Covid-19 pada tahun 2020 China telah memberikan bantuan keuangan sebesar 2,8 miliar dolar AS ke Sri Lanka. "Tujuan kami adalah membantu Sri Lanka mengatasi kesulitan saat ini," katanya.