EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Februari 2022 tercatat surplus sebesar Rp 19,7 triliun atau 0,11 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal ini didorong realisasi penerimaan negara lebih tinggi dari belanja negara.
Tercatat, penerimaan negara sebesar Rp 302,4 triliun pada Februari 2022. Adapun jumlah itu naik 37,7 persen dibandingkan dengan Februari 2021 sebesar Rp 219,6 triliun. Adapun penerimaan negara berasal dari perpajakan sebesar Rp 256,2 triliun dan PNBP sebesar Rp 46,2 triliun.
Sedangkan, belanja negara sebesar Rp 282,7 triliun pada Februari 2022. Adapun realisasi itu turun 0,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 282,9 triliun. Lalu, transfer ke daerah sebesar Rp 107,1 triliun pada Februari 2022 atau naik 7,8 persen dibandingkan Februari 2021 sebesar Rp 99,4 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan surplus APBN pada Februari sedikit melambat dari surplus pada bulan sebelumnya sebesar Rp 28,9 triliun atau 0,16 persen terhadap PDB.
“Keseimbangan primer kita surplus. Total keseimbangan primer Rp 19,7 triliun, berbalik arah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu defisit Rp 63,3 triliun. Luar biasa. Ini belum menggambarkan keseluruhan cerita 2022 karena perjalanan masih cukup panjang dan masih cukup dinamis yang harus kita antisipasi,” ujarnya saat konferensi pers virtual APBN KiTA, Senin (28/3/2022).
Pemerintah menargetkan defisit sebesar Rp 868 triliun atau 4,85 persen terhadap PDB dalam APBN 2022. Sedangkan, realisasi defisit APBN sepanjang 2021 sebesar Rp 783,7 triliun. Angka ini setara dengan 4,65 persen terhadap PDB.
Adapun realisasi defisit APBN 2021 turun jika dibandingkan dengan 2020 yang mencapai Rp 947 triliun atau 5,14 persen terhadap PDB.