Selasa 19 Apr 2022 02:36 WIB

Surplus Dagang Maret 2022 Cetak Rekor Bersejarah, Ini Kata Ekonom

Neraca perdagangan barang Maret 2022, mencetak surplus 4,53 miliar dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas, (ilustrasi). Neraca perdagangan barang pada bulan Maret 2022 kembali mencetak surplus sebesar 4,53 miliar dolar AS.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas, (ilustrasi). Neraca perdagangan barang pada bulan Maret 2022 kembali mencetak surplus sebesar 4,53 miliar dolar AS.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Neraca perdagangan barang pada bulan Maret 2022 kembali mencetak surplus sebesar 4,53 miliar dolar AS. Surplus dagang ini melanjutkan tren surplus dalam 23 bulan terakhir sekaligus yang terbesar sepanjang sejarah.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, sama seperti bulan-bulan sebelumnya, surplus dagang yang berhasil dicapai Indonesia dipengaruhi oleh sentimen kenaikan harga komoditas global.

Baca Juga

Hal itu merupakan salah satu dampak dari sentimen geopolitik yakni konflik Rusia-Ukraina yang terbukti membuat harga energi dan pangan dunia melonjak. "Tidak hanya harga minyak dunia yang naik, tapi komoditas seperti batubara, minyak sawit, nikel yang merupakan komoditas unggulan Indonesia harganya naik. Ini memang berkah terselubung bagi Indonesia," kata Yusuf kepada Republika, Senin (18/4/2022).

Yusuf mengatakan, selain karena faktor harga, diakui terdapat peningkatan permintaan terhadap komoditas Indonesia. Salah satunya, minyak sawit (CPO) seperti dari India dan Pakistan yang mempersiapkan bulan Ramadhan pada bulan April.

Kendati demikian, Yusuf menilai, secara umum pertumbuhan volume ekspor pada Maret secara umum tidak tumbuh signifikan. Sebaliknya pertumbuhan kenaikan harga yang terlihat sangat tinggi. Karena itu, kenaikan surplus dagang bulan lalu dapat disimpulkan akibat harga.

Nilai ekspor Indonesia sepanjang Maret mencapai 26,5 miliar dolar AS, naik 29,42 persen dibandingkan Februari (month to month/ mtm), juga meningkat 44,36 persen dibandingkan Maret 2021 (year on year/yoy). Khusus ekspor non migas tercatat mencapai 25,09 miliar dolar AS, meningkat 28,82 persen mtm juga melonjak 43,82 persen yoy.

Lebih detail, ekspor pertanian kehutanan dan perikanan sebesar 430 juta dolar AS. Nilai itu meningkat 41,24 persen mtm juga naik 54,75 persen yoy.

Selanjutnya ekspor industri pengolahan mencapai 19,26 milia rdolar AS. Tumbuh 23,99 persen mtm dan meningkat 29,83 persen yoy. Terakhir yakni ekspor pertambanan sebesar 5,4 miliar dolar AS. Naik 50,18 persen mtm sekaligus melonjak 143,91 persen yoy.

Lebih lanjut, dari sisi impor, Yusuf menuturkan, terdapat indikasi bahwa industri tengah meningkatkan kapasitas produksinya. Di mana, peningkatan produksi itu selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk kebutuhan ekspor kembali.

Situasi itu terlihat dari meningkatkan impor bahan baku dan barang modal. Nilai impor selama Maret 2022 tercatat 21,97 miliar dolar AS, naik 32,02 persen. Impor bahan baku/penolong nilainya tembus 17,02 miliar dolar AS. Melonjak 32,6 persen mtm dan meningkat 31,53 persen yoy.

Sementara impor barang modal tercatat 3,13 miliar dolar AS, naik 20,3 persen mtm sekaligus meningkat 30,12 persen yoy. "Kita perlu melihat seberapa lama ini akan bertahan. Tapi secara umum (neraca dagang) kita sudah lebih baik jika berkaca dari kondisi tahun lalu," kata Yusuf.

Yusuf pun menambahkan, manfaat peningkatan penerimaan dari melonjaknya nilai ekspor diharapkan dapat kembalikan kepada masyarakat. Seperti diketahui, kenaikan harga-harga komoditas dunia membuat harga-harga bahan pokok dalam negeri meningkat.

Manfaat penerimaan dari ekspor, diharapkan bisa digunakan sebagai subsidi atau bantuan bagi masyarakat. "BLT minyak goreng sudah ada, dan bantuan subsidi upah juga ada untuk kelompok masyarakat miskin. Saya kira ini bagus tapi perlu dilengkapi dengan bantuan sosial tunai untuk kelompok menengah yang tidak mendapat dua bantuan tadi," katanya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement